Inilah Robot Pelayan Kafe Ciptaan Santri

859 kali dibaca

Hebat. Tak hanya mengaji, selama masa pandemi ini santri milenial makin akrab dengan dunia teknologi. Hasilnya luar biasa. Terciptalah sebuah robot yang dapat menggantikan peran manusia untuk menjadi pelayan di kafe, dan disebut Cafe Robotik Arfa.

Yang mengagumkan, Robot Pelayan Kafe ini dikembangkan oleh para santri putrid dari pesantren atau Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang yang didirikan oleh pahlawan nasional Rahmah El Yunusiyyah tahun 1923. Tercatat, Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang ini merupakan pesantren putri pertama di Asia.

Advertisements

Secara resmi, Cafe Robotik Arfa milik Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang ini diluncurkan secara virtual pada Kamis 18 Februari 2021 dari Gedung Zainuddin Labay Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang. Peresmiannya dilakukan Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama (Kemenag) Waryono Abdul Ghofur.

Turut hadir dalam peresmian adalah Kepala Kanwil Kemenag Sumbar Hendri, Wali Kota Padang Panjang Fadly Amran, Kepala Kanntor Kemenag Kota Padang Panjang Gusman Piliang, pimpinan Perguruan Diniyah Putri Fauziah Fauzan El Muhammadi, dan jajaran asatidzah serta para santriwati.

Inovasi robotik ini bermula dari kembangkannya kurikulum yang dinamakan QUBA (Quran Sunnah Qalbu Brain Attitude). Melalui kurikulum ini, setiap santri diberikan waktu untuk membuat sebuah karya inovatif. Dari sinilah lahir Cafe Robotik Arfa yang telah digunakan di lingkungan pondok.

Robot ini dapat memberikan pelayanan tanpa harus tatap muka dan tetap menjaga jarak dengan pembeli, cocok untuk situasi pandemi Covid-19. Sebagai layaknya pelayan kafe, robot pintar ini bisa mengantarkan makanan dan minuman serta mentransfer pesanan ke konter kafe. Untuk berjalan, robot ini kakinya ditopang dengan roda, bisa menghindari meja dan kursi atau benda lain yang merintanginya.

“Di tengah pandemi dan isu pernikahan dini, muncul generasi santri putri yang menunjukkan bukti prestasi pintar mengaji dan canggih dalam teknologi. Ini bukti bahwa pernikahan dini bukan arus utama budaya Indonesia,” kata Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Waryono Abdul Ghofur saat memberi sambutan.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan