Indahnya Kebersamaan di Pesantren

2,796 kali dibaca

Di pondok pesantren kita selalu dididik untuk memiliki sifat menghargai perbedaan. Maksud dari perbedaan ini adalah orang yang berlatar belakang berbeda pun akan menjadi kesatuan yang utuh dengan berlandaskan akhlak yang terpuji, serta kepribadian yang baik. Tinggal di pondok pesantren tentu saja kita merasakan manis pahitnya hidup, di mana indahnya kebersamaan, solidaritas, dan hal-hal lain yang menjadikan kita tumbuh berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

Namun, terkadang pahitnya saat kita berselisih paham dengan teman yang membuat kita sedikit merasa bersalah dan berakhir dengan permusuhan. Akan tetapi, biasanya hal ini tidak berlangsung lama, karena kita lebih banyak waktu untuk melakukan kegiatan bersama-sama. Tinggal di pondok pesantren mengajarkan kita untuk hidup mandiri dan disiplin tinggi karena semua kegiatan sudah dijadwalkan, baik kegiatan belajar formal maupun nonformal.

Advertisements

Rutinitas kita sebagai santri dimulai dari pagi hari, yaitu bangun disepertiga malam untuk mandi dan kemudian bergegas melaksanakan salat tahajud dan tadarus bersama-sama sampai tiba waktu adzan subuh. Setelah adzan subuh, kita melaksanakan salat subuh berjamaah dan tadarus bersama hingga menjelang fajar. Setelah itu kita kembali ke asrama untuk bersiap-siap ke sekolah.

Di sekolah pun, kita belajar dengan guru-guru hingga tiba waktu dzuhur. Tiba adzan dzuhur berkumandang, kita meninggalkan sekolah dan pulang kembali ke asrama untuk bersiap-siap melaksanakan salat dzuhur berjamaah. Setelah salat dzuhur berjamaah dilanjutkan dengan tadarus bersama. Selesai tadarus kita kembali ke asrama untuk siap-siap melaksanakan kajian siang atau mengaji sampai waktu ashar tiba. Setelah itu kita bersiap-siap kembali ke masjid untuk salat ashar berjamaah yang dilanjutkan dengan tadarus bersama.

Setelah itu kita melanjutkan kajian sore hingga waktu petang. Pada waktu petang para santri diberi waktu istirahat untuk sekadar duduk di teras asrama, jajan di kantin, atau  bahkan jalan-jalan sekitar pondok pesantren. Tidak lama, karena adzan maghrib segera berkumandang, dan seluruh santri kembali ke masjid untuk melaksanakan salat berjamaah yang dilanjutkan dengan tadarus bersama-sama hingga tiba waktu adzan isya.

Setelah itu kita melaksanakan shalat isya berjamaah yang dilanjutkan lagi dengan tadarus bersama. Setelah tadarus kita kembali ke asrama untuk bersiap-siap dengan kajian atau pengajian bersama kiai atau ustadz.

Sampai malam hari pun, kebersamaan masih terus dirasakan oleh para santri. Jika ada teman yang sakit pun kita bahu-membahu menolongnya, seperti membelikannya sarapan, mencuci bajunya, mewakili jadwal piket yang sudah ditentukan, dan yang pasti mendoakannya.

Kehidupan di pondok pesantren jauh dari perilaku egois, karena kita harus saling peduli dan tolong-menolong antarsesama. Jika teman kita melakukan kesalahan, kita pun harus menegurnya hingga dia sadar dan tidak membiarkannya melakukan kesalahannya lagi. Karena itu sudah menjadi kewajiban para santri untuk saling mengingatkan. Itulah kebahagiaan yang didapat saat kita memilih untuk menimba ilmu di pondok pesantren.

Jauh dari kedua orang tua pun kita rasakan bersama-sama selama tinggal di pondok pesantren. Biasanya kita sangat bergantung dengan orang tua untuk sekadar mencuci baju atau menyetrika pakaian. Akan tetapi, di pondok kita melakukan itu sendiri. Bahkan untuk sekadar bertemu pun tidak bisa setiap hari, melainkan ada waktu tertentu.

Beruntunglah kita yang memilih menimba ilmu di pondok pesantren. Karena kita akan mendapat ilmu yang sangat bermanfaat untuk diri kita atau bahkan orang lain. Apalagi, di pondok kita diajarkan untuk hidup mandiri, disiplin, dan juga berakhlak yang baik. Manis pahitnya kehidupan di pondok sangatlah banyak, akan tetapi kesenangannya tentu lebih banyak karena semua dilakukan dengan kebersamaan.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan