Implementasi Tasamuh (2)

2,111 kali dibaca

Abu Ju’la mengatakan: “Semua makhluk (khususnya manusia) berada di kekuasaan (tanggungan) Allah. Adapun, (makhluk) yang paling dicintainya adalah mereka yang paling bermanfaat bagi sesamanya perihal tanggungan.”

Orang akan sulit bermanfaat dan dimanfaatkan orang lain selama ia masih fanatik buta dengan keyakinan sendiri. Dari sini jelas, bahwa toleransi juga termasuk bagian dari nilai ajaran agama Islam.

Advertisements

Dari hadis ini bisa disimpulkan, bahwa menafikan pemahaman toleransi sebagaimana dibahas sebelumnya sangat kontradiktif dengan ajaran dan norma agama Islam; bahwa agama Islam adalah satu-satunya agama yang benar, dan semua Nabi yang menyeru dan mengajak agama-agama lain kepada agama Islam.

Islam memang agama yang eksklusif. Namun tetap menjunjung tinggi sikap toleransi kepada agama-agama lain. Bahkan, disebut dalam peradaban sejarah Islam, orang-orang Yahudi, Nasrani, Majusi, Kristen, Khonghucu, Katolik, dan agama-agama yang lain dapat hidup damai berabad-abad di bawah naungan negara yang mengimplementasikan norma dan ajaran Islam.

Ada hadis lain terkait persaudaraan yang universal: “Irhamuu man fil ardhi, yarhamukhum man fii sama’.” (“Sayangilah semua penduduk bumi, maka penduduk langit akan menyayangi kalian.”)

Persaudaraan universal adalah implementasi dari bentuk toleransi yang diajarkan oleh agama Islam. Persaudaraan menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan sikap menghargai perbedaan-perbedaan yang ada pada masyarakat.

Di dalam konsep persaudaraan universal, juga terkandung keadilan, kerja sama, dan perdamaian, yang mana kerja sama tersebut bisa saling menguntungkan sesamanya (mutualisme) dan juga menghindari perseteruan antara umat beragama. Salah satu fakta historis yang dapat dipetik sebuah pelajaran dari sikap toleransi adalah Piagam Madinah.

Piagam Madinah adalah salah satu contoh pencapaian supremasi mengenai prinsip beragama yang dipraktikkan dan diprakasai langsung oleh Nabi Muhammad di Madinah. Di antara isinya adalah menegaskan, bahwa toleransi beragama adalah sikap menghormati dan menghargai sesama agama yang ada, tidak saling menyakiti, melindungi anggota yang terikat pada Piagam Madinah tersebut. Sikap/sifat saling melindungi dan menghargai sesama pemeluk agama yang ada juga sering dipraktikkan oleh Nabi Muhammad dalam beberapa hadis, sunnah, atsar, dan khabar.

Bahkan sikap toleransi dianggap sebagai sikap yang melibatkan Tuhan di dalamnya. Dalam sebuah hadis yang tertera di dalam kitab Syu’ab al-Imam, yang dikarang oleh seorang pemikir abad ke-11, al-Baihaqi, diketakan: “Barang siapa yang membuka aib orang lain di dunia ini, maka Allah akan membuka aibnya di hari kiamat (hari pembalasan).”

Dari sini bisa dipetik pemahaman, bahwa sikap saling tolong-menolong antar-umat manusia adalah hal yang ditekankan. Manusia akan kehilangan sifat kemanusiaannya bila menyakiti satu sama lain, dan tidak beda jauh dengan hewan.

Salah satu inti toleransi adalah tolong-menolong. Tolong-menolong juga menjadi prinsip yang sangat kuat dalam ajaran Islam. “Wataawanu alal birri wattaqwa, wala taawanu alal ismi wal udwan.” (“Dan tolong menolonglah kalian atas kebaikan, dan janganlah tolong-menolong atas dasar kejelekan dan permusuhan.”)

Dari ayat ini, secara universal, dapat ditarik pada pemahaman bahwa agama Islam menganjurkan setiap muslim untuk saling tolong-menolong atas dasar kebaikan, bukan keburukan, karena tolong-menolong atas dasar keburukan juga termasuk kezaliman.

Prinsip yang paling kuat mengakar dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah toleransi adalah sebuah keyakinan kepada agama yang fitrah, suci, yang tertancap dalam pada setiap individual masing-masing manusia, dan kebaikan setiap manusia adalah adalah konsekuensi alamiah-kultural dari prinsip ini.

Lantas masih adakah alasan untuk tidak bisa saling menghargai ras, budaya, keyakinan orang lain? Jika tidak punya alasan untuk menghargai mereka, cukuplah mengatakan bahwa mereka juga termasuk manusia, sama seperti kita, sebagaimana hadis Nabi Muhammad yang telah disebutkan sebelumnya.

Wallahu a’lam bisshawab.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan