Ilmu Membaca Watak Manusia

1,990 kali dibaca

Manusia merupakan makhluk penuh misteri. Diperlukan ilmu khusus untuk menyingkap kemisteriusan manusia, termasuk watak atau karakternya. Salah satunya adalah ilmu firasat atau fisiognomi yang dirintis ilmuwan muslim Imam Fakhruddin ar-Razi (1150-1210 M) sejak akhir abad ke-12 M.

Kenapa manusia menjadi makhluk penuh misteri? Ini tidak lepas dari peran vital akal yang mengakomodasi jalannya sitem kehidupan setiap individu. Sebab itu manusia selalu menjadi rujukan utama untuk mencari atau mengurai hal-hal baru demi menyingkap misteri yang ada di dalam dirinya.

Advertisements

Kemisteriusan tersebut —yang membuat manusia berbeda dari makhluk lain— lahir dari suatu kondisi yang tidak bisa (terkadang bisa) disangka-duga. Hal yang paling menonjol ialah sikap atau karakternya. Mengapa? Sebab, karakter yang terdapat di dalam diri setiap manusia tidak berwujud, namun mampu mengendalikan manusia secara utuh. Inilah yang membuat manusia memiliki keunikan tersenidiri, seuatu yang sangat sulit untuk diketahui dengan kasat mata, namun nyata dan mampu mencengangkan dunia.

Tidak heran bila zaman dulu, era sebelum Nabi Muhammad dan setelahnya, hingga sekarang, banyak yang mempelajari ilmu firasat atau fisiognomi, gabungan antara fisiologi dan anatomi. Ilmu ini di kalangan ulama Arab sangat populer, terlebih bagi suku Arab pedalaman, Arab Badui, yang sangat terkenal dalam menafsiri suatu fenomena dengan cara membaca angin dan bintang-bintang. Tidak heran bila ilmu ini dulu sangat familiar di kalangan bangsa Arab, karena digunakan sebagai petunjuk ketika sedang melakukan migrasi  ke suatu daerah yang jauh.

Di era sekarang, mungkin ilmu yang sangat bermanfaat ini tidak teramat populer atau digandrungi. Sebab, untuk mencari sesuatu tidaklah sulit seperti zaman dahulu, karena semua informasi atau pengetahuan ada di genggaman dengan adanya smartphone. Karena itulah kini ilmu firasat tidak banyak digunakan. Selain itu, karena untuk menggunakan ilmu tersebut perlu belajar secara intens dan tekun dan harus melakukan eksperimen berkali-kali untuk menemukan hipotesa yang objektif lagi konkret.

Namun, berabad-abad yang lampau, sebelum peradaban Barat maju, Imam Fakhruddin ar-Razi telah mendahului zamannya dengan menulis sebuah buku (kitab turats) tentang membaca karakter manusia yang disebut fisiognomi itu. Kitab ar-Razi ini diberi judul Al-Firasah: Daliluka ilaa Ma’rifah Akhlaq an-Naas wa Thabai’ihim wa Ka’annahum Kitabun Maftuh. Kitab ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Kitab Firasat: Ilmu Membaca Sifat dan Karakter Orang dari Bentuk Tubuhnya, yang diterbitkan oleh Penerbit Turos pada 2019 dengan ketebalan 208 halaman.

Beberapa abad kemudian, barulah ilmuwan-ilmuwan Barat mulai menggeluti dan menulis ilmu firasat atau fisiognomi seperti yang dolakukan Michael Scot (1175- 1232 M), Gerolamo Cardano(1501-1576 M), dan Giambattista Della Porta (1535–1615 M).

Ilmu firasat yang dirintis ar-Razi ini diperlukan guna memberikan pemahaman kepada seluruh umat manusia untuk lebih berhati-hati dalam mencari teman. Sebab karakter atau watak setiap orang tidak bisa ditebak.

Dengan diterbitkannya karya klasik ini, kita diajak untuk tidak melupakan ilmu yang telah berjasa besar terhadap perkembangan kemajuan peradaban, walaupun ilmu tersebut sudah dilampaui oleh teknologi yang tidak terbendung. Dari Kitab Firasat inilah, ulama yang penuh dengan julukan dan gelar tersebut, ingin kembali menyadarkan kita melaui bukunya. Sehingga sangat dimungkinkan untuk menemukan sebuah hakikat dari pengetahuan, adalah belajar dan selalu mencoba tiada lain usaha yang intens.

Makanya, pemikir Sophocles mengatakan akan keautentikan makhluk yang bernama manusia tersebut: “Dunia ini penuh dengan hal yang menakjubkan. Namun, yang paling menakjubkan adalah manusia!”

Dari hal ini, kita bisa memahami bahwa manusia memang sengaja diciptakan untuk selalu menjadi bahan objek. Tidak heran bila buku ar-Razi ini lebih menitikberatkan pada firasat khalqiyya, atau ilmu firasat yang lebih menyorot pada sesuatu yang tampak, seperti bentuk mata, hidung, bibir, telinga, dan seterusnya. Ilmu ini, firasat khalqiyyah, penting sekali untuk dipelajari mengingat kejahatan kian merebak dan kerusakan moral semakin merajalela.

Meskipun tergolong sulit dipelajari, dalam kitabnya ini ar-Razi menunjukkan salah satu metode yang semua manusia bisa saja menerapkannya. Tujuannya untuk melindungi diri dan menjaga dari selimut masalah yang kian merebak tanpa arah. Meskipun ringkas dan tipis, tetapi buku ini secara rinci menjelasakan kunci-kunci untuk menyimpulkan kepribadian seseorang. Sehingga semakin dalam kita memahami dan mengimplementasikan isi buku ini, akan banyak manfaat yang akan dipetik untuk menggapai hidup yang sejahtera dan bermartabat.

Perpustakaan Lubangsa, 2021.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan