Hikmah Salat Id di Tengah Pandemi

1,883 kali dibaca

Walaupun tidak berada di zona merah penyebaran virus Corona atau Covid19, pelaksanaan salat Idul Fitri di Pondok Pesantren Nurul Ummah di Desa Gemahripah, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, Lampung, Minggu (24/5/2020) tetap menerapkan protokol kesehatan. Tujuannya, untuk memastikan para santri yang tetap bertahan di pondok dan jemaah lainnya tak terpapar Corona.

Seperti diketahui, sejak Corona mewabah, di Pondok Pesantren Nurul Ummah, baik seluruh

Advertisements

santri yang bertahan di pondok dan keluarga pengasuh dilarang keluar pondok. Termasuk, saat melaksanakan salah Id Minggu lalu. Mereka menggelarnya di aula pesantren dengan protokol Covid-19.

Agar pelaksanaan salat Id berjalan dengan baik dan aman, sebelumnya pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummah, KH Sujadi, menginstruksikan langsung agar dibentuk petugas salat Id, mulai dari qori takbiran pra-salat ied, bilal, khotib, hingga imam salat. Semua petugas harus dari santri. Selain untuk memenuhi protokol Covid-19, juga bertujuan supaya menjadi pembelajaran bagi para santri bila telah terjun di masyarakat nantinya.

Ahad pagi itu, para santri telah bersiap memasuki aula. Setelah karpet digelar, sound system dan mimbar telah disiapkan, M Zuhdi, salah seorang santri, kemudian memegang mik dan mulai mengumandangkan takbir, takhmid, dan tahlil pertanda memanggil kawan-kawanya segera memenuhi shaf.

Diikuti oleh anggota keluarga dan santri pondok, setelah duduk bersila mereka bersama-sama melafalkan takbir kemenangan. Dengan suara sayup-sayup penuh hikmat, takbir bergema berkumandang  merasuk pada jiwa-jiwa penuh kerinduan, terbayang saat-saat bersama berkumpul dengan keluarga dan saudara ketika kondisi normal.

Hari itu mereka terpaksa menyimpannya dalam keharuan. Tak ada lagi gemuruh takbiran melalui toa di mesjid maupun dari lapangan. “Tetap bergembira walaupun Lebaran tidak bisa mudik ke kampung halaman,” ungkap M Zuhdi, santri asal Denpasar, Bali.

Sama halnya dengan M Zuhdi, Sarwono, salah satu santri yang bertugas menjadi bilal, merasakan salat Id tahun ini sebagai pengalaman tak terlupakan. Ia mengungkapkan bila tahun lalu masih bersama ibu dan adiknya bersama-bersama menuju masjid di kampungnya untuk berjamaah salat Id. Setelah itu, mereka berkeliling kampung untuk silaturahmi dan bercengkrama bareng dengan sanak saudara.

Kini ia harus menahan rindu dan hanya bisa menuangkan kerinduannya melalui daring. “Seumur-umur baru kali ini menjadi bilal salat Id. Awalnya sedikit grogi, tapi ini menjadi pembelajaran berharga bagi saya,” katanya.

Adapun, Kiai Sujadi, yang juga Mustasyar NU Kabupaten Pringsewu, dalam pengantar sebelum pelaksanaan salat Id, mengatakan, salat Ied merupakan penyempurna dari rangkaian ibadah selama bulan suci Ramadan. “Bagaimanapun kondisinya, kita tetap melaksanakan salat Id ini semampunya. Semoga Allah Swt mencatat sebagai amal kita dan diterima olehNya, sekaligus menjadi penyempurna amal-amal yang telah kita jalankan di bulan suci Ramadan,” katanya.

Bisa jadi salat Id kali ini tidak hanya menjadi sebuah pengalaman dan pelajaran berharga bagi M Zuhdi dan Sarwono berikut keluarga besar Pesantren Nurul Ummah, tentunya banyak keluarga muslim lainya di luar sana.

Pandemi Covid-19 ini memang tidak saja menimbulkan keresahan dan kesedihan. Di dalamnya terkandung hikmah mendalam. Di antaranya adalah menyadarkan kembali arti sebenarnya hubungan kekeluargaan dan persaudaraan. Pandemi ini telah mengajarkan seorang suami benar-benar menjadi imam bagi istri dan anak-anaknya. Kalau sebelumnya si suami biasa menjadi makmum di masjid saat kondisi normal, kini ia menyelenggarakanya sendiri di rumah. Ia harus belajar lagi kaifiyah menjadi imam salat. Begitupun bagi santri, harus belajar praktik ibadah menjadi bilal, khotib, hingga imam salat Id.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan