Hikayatun

1,938 kali dibaca

Entah bagaimana cara kerjanya, ia tak mengerti, yang jelas kantuk yang ia tahan-tahan sedari tadi, sekonyong-konyong ngeclap begitu mendengar suara kiainya itu sampai pada kata hikayatun saat membaca sebuah kitab di depan para santri yang tampak ngapsaih, memaknai kitab masing-masing di malam yang mulai larut itu.

Tak hanya sekali ini; itu telah terjadi berkali-kali padanya.

Advertisements

Mushonif—penulis kitab—tersebut, kali ini mengisahkan seorang ulama yang mendapat julukan Ibnu Hajar alias Si Putra Batu. Diceritakan, sewaktu muda, setelah bertahun-tahun ngaji pada seorang guru tanpa mendapat sedikit pun ilmu, setengah putus asa ia meminta izin pada gurunya untuk mukim, pulang—menetap di rumahnya.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba turun hujan. Karena yang ia dapati di sekitar situ hanya sebuah goa, ia pun berlindung di dalamnya. Tak dinyana, di situ secercah pencerahan datang menimpuknya. Sebongkah batu besar tampak kokoh ngedeprok di depannya, sementara tetes demi tetes air yang turun secara konstan dan berulang jatuh menimpa satu lubang di permukaannya. Sekonyong-konyong ia kepikiran, apabila batu sekeras itu pada akhirnya luluh pada air yang terus menetesinya, harusnya otaknya pun dapat menampung ilmu demi ilmu yang terus diajarkan oleh gurunya.

Batal pulang, ia kembali ke tempat gurunya.

Dan setelah ngaji dengan ketekunan tingkat tinggi, beberapa tahun kemudian ia masyhur sebagai seorang ulama yang menulis sebuah kitab Hadits yang sampai sekarang terus dikaji.

Di saat yang lain, kiainya itu membacakan hikayatun yang menceritakan:

Suatu saat Umar bin Khatab berjalan menyusuri sebuah kota. Mendapati seekor burung emprit dijadikan mainan oleh seorang bocah, ia jatuh iba lalu membeli dan melepaskan burung itu.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan