Gadis Impian

769 kali dibaca

Hari ini begitu sejuk walaupun mentari sudah meninggi. Cuaca pagi ini sepertinya sedang mencerminkan perasaan Andri. Acara purnasiswa kelas XII menandakan bahwa mereka sudah menuntaskan proses pembelajaran di SMK Bhakti. Ada dua kabar yang membuat hati Andri berbahagia. Pertama ia lulus dengan peringkat terbaik di jurusannya. Kedua ia diterima bekerja tanpa tes di pabrik CJ Feed, pabrik pakan ternak di dekat rumahnya.

“Saya mengucapkan selamat kepada kesembilan belas siswa yang telah diterima bekerja di berbagai perusahaan melalui bursa kerja yang telah dilaksanaan beberapa waktu yang lalu. Bagi siswa yang belum diterima, kalian bisa mengikuti di lain kesempatan. Pesan saya yang terakhir kami, walaupun sudah lulus, kalian harus tetap berkarakter sehingga dapat membanggakan almamater.”

Advertisements

Saat Kepala SMK Bhakti selesai memberikan sambuta, Sapto, ayah Andri, mencolek bahu Andri.

“Aku bangga terhadapmu, Nak. Semoga kamu bisa menjadi orang sukses setelah lulus ini.”

“Terima kasih ya Pak. Insyaallah saya akan bekerja dengan giat di pabrik pakan.”

***

Terlihat ada gadis anggun sedang duduk bersama-sama calon karyawati lain di kursi merah. Wajahnya tampak paling jelita di antara yang lain. Dengan cara duduk yang anggun membuat Andri enggan menghentikan pandangannya. Sama seperti Andri, mereka mengantre untuk tes wawancara. Andri sepertinya terpesona sejak pandangan pertama.

“Andri Purnama. Silakan masuk ke ruang wawancara,” panggil sekuriti yang baru keluar dari ruang wawancara.

Andri bergegas berdiri menuju pintu yang baru terbuka. Di dalam ruangan itu, Andi bertemu dengan seorang berbaju hitam, berdasi merah, sedang duduk di kursi dengan meja di depannya.

“Mas Andri Purnama silakan duduk!”

“Ya, Bapak.” Andri mengundurkan kursi, kemudian mendudukinya.

“Anda lulusan teknik mesin terbaik di sekolah?” tanya Bapak berbaju hitam.

“Benar, Pak. Saya mendapatkan nilai rapor dan Ujian Nasional terbaik di sekolah saya.”

“Dulu Prakerin di mana?”

“Di Pabrik Kertas Tjiwi. Membantu mengoperasikan mesin pemotongan kertas.”

Bapak berbaju hitam terus menggali kompetensi dan etika Andri. Ia ingin tahu seberapa layak Andri menjadi karyawan PT CJ Feed. Sambil melanjutkan pertanyaan-pertanyaan, ia membuka dokumen-dokumen yang dilampirkan beserta surat lamaran.

“Pertanyaan terakhir, jika besok Senin Anda sudah bekerja sebagai karyawan uji coba, berapa gaji yang Anda minta?” Mendengar pertanyaan itu, Andri terdiam sejenak. Andri mencoba mengalkulasi gajinya.

“Penggajian karyawan uji coba ada yang dibayar sesuai dengan UMR, ada juga yang hanya digaji delapan puluh persen dari UMR. Jika menimbang pengalaman saya yang belum pernah bekerja, saya rela dibayar delapan puluh persen dari UMR Pak.”

“Baik, kami akan mempertimbangkan hasil wawancara ini. Ditunggu kabarnya paling lambat, kami akan me-WA Anda besok Minggu malam.”

Setelah wawancara, Andri sengaja menunggu gadis yang membuatnya jatuh cinta sejak pandangan pertama. Pandangannya tidak pernah lepas dari pintu keluar ruang wawancara.

“Ada yang kamu tunggu, Mas?” Andri tidak mendengar pertanyaan calon karyawan yang duduk di sebelahnya.

“Mas…,” Andri baru menengok setelah dicolek.

“Iya, Mas. Ada perlu apa?”

“Namaku Rudi.” Rudi mengulurkan tangannya.

“Saya Andri.” Andri pun menyambut permintaan berjabat tangan Rudi.

“Ada saudara atau teman yang Mas tunggu, yang sekarang sedang wawancara?”

“Iya. Aku menunggu Dwi Ariyanti, calon karyawati yang barusan di panggil untuk wawancara baru saja.”

“Kamu masih famili sama Ari?”

“Mas Rudi kenal Ari?”

“Ya jelas kenal, dia temanku di SMK. Kamu sepupu atau teman bermain Ari?”

***

“Gimana Dri, Ari mau kamu lamar?”

“Alhamdulillah, mau, Rud.”

“Alhamdulillah. Gimana respons keluarga? Sudah kautemui?”

“Aku masih takut ditolak, tapi aku punya cara. Aku minta Ari menanyakan kepada ayahnya.”

“Terus gimana responsnya.” Rudi menatap serius kepada Andri. Ia penasaran tentang kelanjutan hubungan Andri dan Ariyanti.

“Gimana ya? Aku bingung menceritakan. Sepertinya akan rumit.”

“Hubungan kamu tidak disetujui oleh orang tua Ari?”

“Ha-ha-ha… aku bercanda Rud.”

“Ah, dasar kamu. Tidak lucu!”

Andri menceritakan kepada Rudi, jika kedua orang tuanya juga menyarankan kepada mereka untuk segera menikah. Perkenalan mereka selama enam bulan dirasa sudah cukup. Apalagi orang tua Andri sudah menyetujui hubungan mereka karena mereka sudah bisa memenuhi kebutuhan keseharian.

***

Minggu, 15 Desember 2019.

Pertunangan Andri dan Ari dilaksanakan di rumah keluarga Mulyono, ayah Ari. Para tamu undangan telah datang, Slamet membuka acara pertunangan tersebut. Para tamu pun menghentikan semua kegiatan. Usai membuka dengan al-Fatihah, Slamet mempersilakan para anggota keluarga Ari dan keluarga Andri untuk memperkenalkan diri.

“Baiklah, sekarang sudah saatnya memasuki acara inti, saya persilakan Bapak Mulyono untuk menyampaikan usulan hari ijab kabul dan perayaan pernikahan Mbak Ari dan Mas Andri.” Usai bercakap, Slamet memberikan mikrofon kepada Mulyono.

“Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.”

“Waalaikumsalam arohmatullahi wabarokatuh.” Sahut seisi ruangan.

“Berdasarkan kesepakatan keluarga calon mempelai perempuan, kami mengusulkan pada 2 Agustus 2020. Bagaimana menurut Pak Kandar?”

“Saya selaku orang tua Andri, menerima usulan dari pihak mempelai perempuan karena kami kira keluarga mempelai perempuan sudah mempertimbangkan dengan seksama.”

Wajah Andri terlihat yang paling sumringah. Bidadari yang diimpikannya semakin dekat menjadi jodohnya. Ia sangat bersyukur kepada Allah atas anugerah mempercayakan Ari sebagai jodohnya.

***

Sabtu, 25 Juli 2020.

“Undangannya sudah kamu pesankan, Dri?” tanya Muji, ibu Ari.

“Sudah, Bu. Insyallah minggu depan sudah jadi.”

“Berapa undangan yang kamu siapkan?”

“Menurut, anjuran bapak kemarin maksimal 50 orang karena izin yang diberikan Pak RT hanya segitu .”

Masa Pandemi Covid-19 belum mengubah semua kebiasaan masyarakat. Walaupun di desa Ari belum ada orang yang terpapar Covid-19, tapi aparat desa sudah melaksanakan protokol kesehatan sesuai dengan instruksi pemerintah.

***

Minggu, 26 Juli 2020.

Para peladen sudah berdatangan untuk mempersiapkan semua kebutuhan acara pernikahan.  Tangan Muji meraih sebuah HP yang terletak di samping tivi. Dicarilah nomor HP Andri setelah ketemu ditekanlah nomornya.

“Assalamualaikum, Dri.”

“Waalaikumsalam, Bu.”

“Kamu sudah memastikan berapa jumlah pengiring yang akan menghadiri resepsi?” Muji ingin memastikan jumlah tempat dan bingkisan yang harus dipersiapkan untuk pengiring.

“Masih dalam proses, Bu. Tinggal beberapa orang yang belum konfirmasi. Tapi saya perkirakan hanya lima orang.”

“Iya, jangan banyak-banyak, kita harus mematuhi anjuran dari aparat desa. Sudah ya, sampaikan salam untuk orang tuamu. Assalamualaikum.”

“Baik, Bu, waalaikumsalam.” Andri begegas untuk memberi tahu Mbah Usup dan Pak Rahmat untuk menghadiri resepsi pernikahan.

“Bu, saya ingin memberikan undangan ke Mbah Usup dan Pak Rahmat karena kemarin belum ketemu waktu saya ke rumahnya.”

“Apa nggak menyuruh Pak No saja, Pak No? Sepertinya tadi ada di depan lagi membersihkan ruang tamu. Kamu sebentar lagi menikah, tidak bagus sering keluar rumah.”

“Tidak usah Bu. Jaraknya dekat saja. Assalamuaikum.” Andri mengecup tangan ibunya.

“Waalaikumsalam.”

Andri menstarter motornya untuk mengantarkan undangan resepsi. Tiba-tiba HP-nya berdering karena Ari meneleponnya, tetapi ia tidak menggubrisnya. HP Andri berhenti berdering sejenak sesampainya di depan rumah Mbah Usup. Sesampainya di depan pintu rumah Mbah Usup, ia mengucap salam.

“Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam. Oh, Nak Andri. Silakan masuk. Ada perlu apa?”

“Saya ke sini untuk mengundang Mbah Usup sekalian untuk menghadiri resepsi saya, insyaallah akan dilaksanakan minggu depan.”

“Lho kok kamu sendiri yang mengantarkan? Ya insyaallah kami akan menghadiri.” HP Andri kembali berdering karena Ari menelepon lagi. Tetapi Andri tidak menghiraukan lagi.

“Kenapa tidak angkat? Kelihatannya penting itu.”

“Ini dari Dik Ari, Mbah. Nanti saja setelah di rumah saya angkat.”

Karena Mbah Usup terus menyarankan untuk menerima telepon dari Ari, akhirnya Andri meresponsnya. Melelui telepon Ari berkabar, bahwa hasil dites swab di perusahaan menyebutkan banyak karyawan dinyatakan positif Covid-19, termasuk Ari dan Andri.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan