Fakir Nasib atau Fakir Ikhtiar?

933 kali dibaca

Kemisikinan bagi mayoritas umat muslim di Indonesia merupakan bagian hidup yang sangat melekat dalam keseharian. Orang hidup miskin di Pulau Madura, misalnya, rata-rata didominasi oleh warga muslim pinggiran yang tidak punya akses. Selain karena kondisi, mereka miskin dipengaruhi oleh wacana yang dikembangkan oleh tokoh masyarakat bahwa orang-orang miskin akan masuk surga lebih awal daripada orang kaya.

“Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi ini malaikan semuanya dijamin Allah rezekinya,,,”, (QS: Hud, 6).

Advertisements

Ayat ini seolah menyandra mereka untuk bergerak dinamis dalam meningkatkan kualitas finansial. Mereka meyakini bahwa setiap rezeki makhluk hidup dijamin oleh Allah, tetapi mereka kurang dapat membedakan kata rizq dan maal. Rizq merupakan pemberian Allah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia (lihat mu’jam al-’arab). Rezeki-Nya tidak bergantung pada life style manusia dan human willingness, tetapi sesuai iradah atau kehendak-Nya.

Perhatikan bagaimana hewan seperti burung, kucing, kambing menerima rezeki dari Allah. Mereka tidak memiliki gaya hidup dan hasrat untuk memilih makanan yang dikonsumsi, tetapi menerima apa adanya. Mereka memakan apa adanya, tanpa protes dan tidak mengeluh atau berusaha untuk mencari yang lebih baik. Selama masih hidup di muka bumi, Allah memberikan rezeki baginya, tetapi tidak diberikan harta (maal).

Harta hanya diberikan kepada manusia saja oleh Sang Pemberi Kehidupan. Sedangkan, rezeki diberikan kepada semua makhluk hidup, termasuk manusia. Rezeki bagi manusia berfungsi untuk memenuhi kebutuhan primer, sedangkan harta adalah segala kepemilikan walaupun belum tentu digunakan sesuai kebutuhan. Manusia tidak mewariskan rezeki kepada anak cucunya, tetapi mewariskan harta, karena rezeki berfungsi secara individual dan tidak dapat dipindahkan.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan