Dunia Santri Tak (Lagi) Selebar Sarungnya

1,591 kali dibaca

Salah satu peran santri adalah menjaga kohesititas kehidupan sosial. Anda boleh berasumsi lain tentang santri, namun yang perlu kita sadari adalah proses pendidikan dan pembinaan baik dalam konteks agama, sosial, maupun budaya yang dijalani santri. Santri memiliki kewajiban menyebarluaskan ajaran dan nilai agama, serta menjaga stabilitas sosial di lingkungannya baik dalam ruang yang kecil maupun luas.

Sudah menjadi tradisi pesantren bahwa wajadilhum bilma’ruf atau diskusi ilmiah dalam setiap mengkaji ilmu atau saat mutalaah bersama. Hal ini menjadi upaya agar kebenaran itu tidak hanya dimiliki oleh sepihak kelompok, melainkan ragam perspektif yang kemudian diolah menjadi satu kemaslahatan bersama. Artinya pengetahuan, nilai, dan ajaran agama itu menjadi sangat penting untuk disampaikan dan diterapkan dalam kehidupan yang beragam.

Advertisements

Anda boleh mengira bahwa santri yang memiliki kebiasaan ke mana-mana sarungan dan “joinan” rokok itu hanya bisa diundang saat ada pengajian, selamatan, khataman quran, atau doa 100 hari bahkan 1000 hari. Tetapi jauh daripada itu, para santri memiliki cakrawala yang luas untuk menjaga stabilitas sosial masyarakat.

Anda mau bukti? Sebentar saya cari sebatang rokok dulu. Nah…., Kalau begini kan enak. Dalam kehidupan sosial yang beragam watak, budaya, dan pemikirannya, tentu akan mengalami sebuah selancar-selancar seni dalam pengendaliannya. Beragam asumsi dan dinamika sosial tentu menjadi bumbu sedap dalam kehidupan yang sangat beragam. Kita tidak harus berbicara skala Nusantara, satu kampung saja pasti ada polemik yang muncul karena berbeda anggapan, nalar, corak berpikir, dan intuisinya.

Santri acap kali menjadi peramu dalam ruang-ruang dinamis. Tidak hanya bagian membaca doa, kadangkala untuk merangkul sesama muslim yang berbeda pandangan, santri menjadi penengah dalam menentukan keputusan yang terbaik. Kita tentu kenal dengan “Pak Mudin” yang mana tugasnya tidak hanya berkaitan dengan talkin, merawat janazah, atau menikahkan orang, tapi juga kerap bersinggungan dengan hal-hal administratif yang tentu berbeda dengan latar belakangnya sebagai santri. Namun, siapa sangka seorang mudin tentu bisa mengatasi permasalah-permasalahan administratif.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan