Tampaknya kini tinggal satu keahlian yang dimiliki kaum muslimin, yaitu pengetahuan tentang ibadah, sementara pengetahuan tentang muamalah dan teknologi hanya jadi konsumen.
(KH Hussein Muhammad).
Sepertinya, pernyataan itu sama sekali tak ada salahnya. Memang benar seperti itu faktanya. Hari ini, banyak kaum muslimin yang lebih sibuk dengan ritual ibadah, terlalu khusyu dan terlena pada kegiatan pemujaan-pemujaan kepada Tuhan. Yang lebih buruk lagi, mereka berlama-lama menghabiskan waktunya untuk duduk mendalami ilmu agama, namun yang didapat malah wajah Islam yang pemarah dan keras. Mereka lupa akan hal yang juga tak kalah penting: muamalah dan teknologi di segala bidangnya.
Sekarang pun, Islam sudah kalah jauh di bidang teknologi, apalagi ketika sains justru dianggap sebagai musuh agama. Begitu dikatakan para pemuka agama, hingga kemudian umat Islam pun menjadi anti terhadap sains dan produk penelitian sains. Pedoman hidupnya mutlak hanya pada dalil-dalil agama, tak mau menggunakan rasio secara utuh. Maka kemudian, apa guna akal yang telah diciptakan?
تعقلون افلا; تتفكرون افلا
“Apakah kalian tidak berfikir?” atau “Apakah kalian tidak menggunakan akal?”
Seharusnya, umat muslim tidak boleh kalah dengan umat agama lain atau bahkan dengan kaum tak beragama sekalipun. Mereka menciptakan kemajuan yang luar biasa di bidang teknologi, penemuan-penemuan mutakhir di seluruh bidang keilmuan. Sementara umat Islam malah acuh tak acuh, hanya bisa menjadi penonton dan konsumen. Ketika ditanya tentang kehebatan ilmuwan dari golongan Islam, cuma bisa cerita tentang tokoh-tokoh masa lalu, al Jabar, al Khawarizmi, al Biruni, lalu menyalah-nyalahkan renaissance, sebab penindasan atas umat Islam, sehingga dalam peradaban Islam teknologi menjadi musnah, direbut oleh kaum lain. Bahkan, ada dongeng yang menceritakan sebuah al-Quran bergambar yang dicuri pasukan Crusader yang hanya berputar-putar di situ saja.