Bila Santri Mencuri Kelapa
Sewaktu saya mondok dulu, di Pesantren Annuqayah Sumenep, Madura, saya punya sahabat karib, sebut saja namanya Syafi’i dan Halim. Kami akrab karena punya kesamaan. Sama-sama mondok di wilayah yang sama (daerah Lubangsa Raya), sama dalam satu kelas, dan seringkali diskusi pelajaran bersama. Karena keseringan dalam muthalaah bersama, kami seringkali bersama-sama, hingga makan pun tidak jarang kami berbarengan.
Suatu ketika, saya, Syafi’i, dan Halim merasakan lapar setelah jam belajar. Di pondok kami jam belajar dimulai sejak selesai salat isya hingga jam sembilan malam. Setelah itu, para santri bebas beraktivitas, seperti memasak (kami dulu memasak sendiri), mengerjakan tugas sekolah, atau kalau ingin melanjutkan muthalaah juga tidak apa-apa. Kami bertiga hanya duduk-duduk di teras pondok, setelah sebelumnya lelah berdiskusi tentang pelajaran besok di sekolah.
Comments
Tinggalkan Balasan
Anda harus LOGIN terlebih dahulu untuk bisa mengirimkan komentar.
Ternyata juga pernah nakal Pak Rusdi. 🤭
Aiii…. Saya diajak saat itu Mas Sigit, ya itu tadi, kok mau ya? Tapi info terakhir dr teman saya, Syafi’i dan Halim bahwa itu sudah di-acc sama yg punya. Mereka ternyata kenal dengan pemilik pohon kelapa, anaknya masih sekelas juga dengan kami. Alhamdulilah….