Bidayatul Hidayah, Pemaduan Fikih dan Tasawuf

1,739 kali dibaca

Setiap hamba tentu selalu mendambakan hidayah dari Allah. Meski, sebenarnya hidayah itu sudah Allah tanamkan dalam diri setiap manusia. Hanya, ada beberapa manusia yang langsung dengan mudah menerima hidayah tersebut, dan tidak jarang pula harus menempuh perjalanan spiritual yang berliku dan penuh tanjakan.

Imam Al-Ghazali berbicara banyak tentang proses awal seorang hamba mendapatkan hidayah dari Allah SWT melalui salah kitabnya, Bidayatul Hidayah. Dalam kitab ini, Al-Ghazali memperinci mengenai etika atau akhlak seorang hamba di dalam taqarrub (mendekatkan diri) kepada-Nya dengan memakai adab yang benar.

Advertisements

Hidayah, menurut Imam Al-Ghazali, merupakan buah dari ilmu. Karenanya, seorang hamba harus mempunyai ilmu untuk mengetahui proses awal sampai akhir, baik secara hissi (konkret) maupun hakiki (abstrak). Karena sorang hamba tidak akan sampai pada puncak hidayah kecuali ia telah melalui proses dari awal. Dan seorang hamba juga tidak akan mengetahui hidayah secara hakiki jika tidak meneliti terlebih dahulu akan yang hissi.

Adapun, proses awal seorang hamba dalam memperoleh hidayah adalah taat menjalankan semua perintah Allah SWT yang fardu dan yang sunah. Karena perkara yang fardu merupakan pokok dari segala perniagaan. Sedangkan, perkara sunah merupakah ruh dalam memperoleh surplus (kelebihan), yang akan mengantarkan seorang hamba pada suatu tingkatan ruhiyah.

Sehingga dengan menjadikan perkara sunah sebagai habit (kebiasaan), maka seorang hamba akan mendapatkan hidayah dalam bentuk love (cinta) dari Allah. Bagi seorang hamba, cinta dari Allah merupakah puncak kenikmatan ruhaniyah yang tiada tara, karena Allah menjadi telinganya saat mendengar, menjadi matanya saat melihat, menjadi mulutnya saat berbicara, menjadi tangannya saat menyentuh, dan menjadi kakinya saat berjalan.

Selanjutnya, Imam Al-Ghazali dalam kitab ini menjelaskan tentang apa saja yang menyangkut perkara sunah tersebut, mulai dari perkara yang ringan sampai yang berat. Karena sejatinya, tidak ada perkara yang berat jika memulai dari yang ringan.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

One Reply to “Bidayatul Hidayah, Pemaduan Fikih dan Tasawuf”

Tinggalkan Balasan