BAGIAN TERKECIL DARI NENEK
Aku ingin menulis bagian terkecil
Dari nenek
Lekuk alisnya yang menyimpan
Banyak makna,
Helai rambutnya yang menjadi
Tempat rebah saat lelah

Sudah lama aku tak menciumi
Wajahmu yang sedikit keriput itu
Menceritakan kisa tetuah
Yang sudah lama kembali pada muasalnya
Apa kabar dengan senyummu
Yang seindah wajah malam?
Ingin sekali aku kembali
Menenunnya menjadi kenyamanan
pangabasen.
DUA PINTU YANG SEPERTI BATU
Tubuhmu ringkih kayu
Diam bersama sunyi
Berdiri seperti batu.
Doa-doa tertahan di ambang pintu
Tak ingin menciumi ruang
Sebab malam menjamu remang
Dua pintu yang seperti batu
Pintu satu menampakkan
Bayang lampu yang mengambang
Seperti latar belakang kehidupan
Pintu dua tak tampak apa-apa
Seperti menyembunyikan kenyataan
Sebab dia tahu, bahwa bayang
Adalah sesuatu yang tertunda
Di bawah atap dia berdiri
Menyambut doa yang tak tahu
Kapan tibanya. Menyentuh dingin
Yang dibawa angin, sembari bercakap
Bersama sunyi
Bahwa malam adalah persembunyian
Mimpi-mimpi
Pangabasen.
AKU LAMPU PIJAR
Aku menggantung di bibir atap
Menghitung letak kayu-kayu
Yang berjejer rapi di sampingku
Aku lampu pijar
Dengan warna yang sedikit jingga
Seperti senja yang sore tadi
Tenggelam di matamu.
Aku lampu pijar
Tempat di mana malam
Mengadu tentang gelap
Tempat di mana sunyi pecah
Menjadi doa-doa
Tempat sunyi.
PERMAINAN MASA SILAM
/I/
Di masa silam
Aku menunggangi pelepah pisang
Kujadikan kuda untuk berburu
Mimpi yang berlari
Bersama kupu-kupu
/II/
Di masa silam
Aku menanak nasi di bawah pohon
Di tungku kecil buatan nenek
Bersama kepulan asap
Yang menyajikan aroma bumbu
Dari doa-doa
/III/
Di masa silam
Aku menyusun batu-batu kecil
Menjadi rumah harapan
Saat tanah masih harum kembang
Di desa
Saat masa muda adalah tempat teduh
Melepas tawa
Ingin sekali kembali punya cerita
Bersama pijakan kaki di tanah
Bukan berdiam di rumah
Membuat kenangan tanpa cerita
Pangabasen 2021.
TENTANG DIA YANG PERGI
–maimunah azzahrah
Tubuhmu baru saja kurengkuh
Tangismu baru saja memanggilku
Tapi kenapa, kau buat
Semua ini menjadi sekejap mata
Bisikan azan tadi masih basah di bibirku
Ikamah masih bersemayam di hatiku
Berharap doaku diamini Tuhan
Menjadikanmu bunga yang indah
Tapi, akhirnya kau pergi
Tanpa tangis dan pelukan hangat
Dari tubuhmu yang tanpa dosa itu
Baru saja Tuhan seperti menyapaku
Lewat tanganmu yang mungil
Sejam yang lalu
Dekapanmu masih terasa di tubuhku
Tapi saat ini kau benar-benar pergi
Menjadi abadi di sisi-Nya.
Kuharap Tuhan punya mainan
Yang lebih indah dari dunia.
Jika kau rindu
Panggil saja aku
Doa ini akan selalu menyapamu
Di alam barzah.
Pangabasen.
ilustrasi: hareanto.