Asiah: Wanita Beriman di Selingkar Istana Kafir

3,440 kali dibaca

Asiah binti Muzahim adalah wanita suci yang diabadikan dalam al-Quran sebagai perempuan istimewa. Di dalam Hadits Nabi juga disebutkan bahwa Asiah adalah wanita yang sempurna kemuliaannya.

“Orang yang sempurna kemuliaannya dari kalangan laki-laki banyak, namun wanita yang sempurna kemuliaannya hanyalah Asiah istri Firaun dan Maryam binti Imron. Dan keutamaan Aisyah atas semua wanita seperti keitamaan tsarid (jenis roti terbaik) atas segala makanan.” (HR Bukhari-Muslim)

Advertisements

Dilansir dari wikipedia, Asiah binti Muzahim adalah temasuk empat wanita yang dimuliakan oleh umat Islam. Tiga lainnya adalah Maryam binti Imron (ibunda Nabi Isa), Khadijah binti Khuwailid (istri Nabi Muhammad), dan Fathimah al-Zahrah (putri Nabi Muhammad). Wanita-wanita mulia ini selalu menjadi hiasan sejarah untuk menjadi tauladan bagi kehidupan hingga sekarang dan di masa yang akan datang.

Asiah dikisahkan dalam al-Quran sebagai istri dari Firaun. Meskipun berada di lingkaran istana kafir, Asiah diam-diam menyembah Allah karena menyaksikan mukjizat Nabi Musa. Tentang keberadaan Musa kecil di istana Firaun, al-Quran menjelaskan bahwa ibu Musa mendapat ilham dari Allah untuk mengahnyutkan Musa di sungai Nil. Maka, ketika Asiah mendapati sebuah peti, hanyut berisi bayi mungil, hatinya tertambat dan ingin memeliharanya.

Pada saat itu, ada undang-undang kerajaan yang mengharuskan setiap bayi yang baru lahir harus dibunuh. Undang-undang ini didasarkan pada nujum tukang sihir Firaun, yang menyebut bahwa akan lahir seorang bayi yang akan meruntuhkan kekuasaan Firaun. Maka, Firaun (laknatullah ‘alaih) pun mengeluarkan kebijakan tiran, bahwa setiap bayi yang baru lahir harus dibunuh.

Asiah binti Muzahim bin Ubayduddayyan bin Walid —yang mempunyai tempat istimewa di hati Firaun— merajuk kepadanya agar Musa diizinkan untuk diasuh dengan penuh kasih. Firaun tidak berkutik. Jika Asiah yang meminta, maka Firaun tidak punya jalan lain kecuali memenuhi permintaannya. Jadilah Musa kecil menjadi bagian dari kehidupan istana Firaun.

“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; ‘Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kau khawatir dan bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul. Maka dipungutlah ia oleh keluarga Firaun yang akan menjadi musuh dan Kesedihan bagi mereka di kemudian hari. Sesungguhnya, Firaun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan berkatalah isteri Firaun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu, janganlah kau membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat bagi kita nantinya atau kita jadikan ia sebagai anak”, sedang mereka tiada menyadari. Seketika itu menjadi kosonglah hati ibu Musa. Hampir saja ia membongkar rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). Dan berkatalah ibu Musa kepada saudari Musa: “Ikutilah dia” Maka ia pun mengawasi Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya. Dan Kami cegah Musa menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusuinya sebelum itu; Maka berkatalah saudari Musa: “Maukah kau kutunjukkan sebuah keluarga yang sanggup memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?’ Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS al-Qashos: 7-13).

Asiah bukan wanita sembarangan. Ia mempunyai keteguhan jiwa dan ketangguhan nurani untuk melawan tiran. Baginya, keimanan jauh lebih penting daripada harta benda. Meski bergelimang emas permata, namun Asiah tidak peduli. Baginya, kehidupan akhirat jauh lebih utama daripada kehidupan dunia yang hanya sementara.

Keimana yang teguh dari wanita yang dipandang lemah, menunjukkan kenyataan yang istimewa. Meskipun bergelimang harta, keimanan tetap terpatri untuk kehidupan yang kekal. Bagi Asiah, derita di dunia tidak menjadi masalah. Asalkan di kehidupan akhirat nanti ia mendapatkan kebahagiaan yang abadi.

Namun, bagaimana pun cara Asiah menyembunyikan keimanan, pada akhirnya Firaun pun mengetahuinya. Maka meledaklah amarah Firaun. Kemudian ia memberikan dua pilihan, kufur dari Tuhan Musa, atau siksa pedih dari Firaun dan bala tentaranya. Asiah bergeming. Dengan penuh keyakinan, ia memilih siksa di dunia daripada nanti di akhirat ia menanggung dosa.

Mendengar ketegasan istrinya, amarah Firaun semakin memuncak. Maka diperintahlah para algojo untuk menyiksa Asiah dengan berbagai siksaan. Meski demikian, Asiah tetap teguh pada pegangan keyakinan. Allah adalah satu-satunya zat yang harus disembah. Bukan Firaun, bukan pula lainnya.

Di tengah-tengah siksaan yang teramat sangat, Asiah berdoa kepada Allah. Doa wanita suci ini diabadikan di dalam al-Quran. Sebentuk bangunan rumah di surga jauh lebih menarik daripada siksa dunia yang tidak seberapa.

“Ya Rabbku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.” (QS. at-Tahrim: 11)

Allah mengabulkan doa Asiah. Sekejab, di saat siksa mendera, ruh Asiah pun diangkat ke langit. Disambut oleh para malaikat yang berbaris sebagai bentuk penghormatan atas jiwa suci yang teguh mempertahankan keimanan.

Demikian kisah singkat Asiah, wanita tangguh yang sanggup menanggung siksa untuk mendapatkan karunia Allah. Di sisi-Nya, kehidupan abadi sebesar-besar nikmat saat berjumpa dengan Tuhannya. Keimanan tidak dapat ditukar dengan nilai harta, sebesar apa pun harta yang disuguhkan kepada kita. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kisah Asiah ini. Aamiin! Wallahu A’lam!

Multi-Page

Tinggalkan Balasan