Alain Badiou: Kembali ke Filsafat, Kebenaran, dan Subjek

5,558 kali dibaca

Alain Badiou memberi darah segar pada filsafat, menghidupkan, dan menggairahkannya. Dengan menggunakan matematika, ia membuka jalan bagi kembalinya filsafat, juga kebenaran dan subjek. Ia menyuburkan lagi hasrat filsafat dengan menafsir ulang pemikiran para filsuf Yunani kuno. Dengan analisis implikasi logis dari pemikiran Herakleitos, Parmenides, Plato, dan Aristoteles, ia mendefinisikan ulang “Ada” (being) dan ontologi. Dengan menarik implikasi dari logika Aristotelian, ia merumuskan ulang kebenaran. Dengan melampaui konsep kebenaran dari Heidegger dan ego semu dari Lacan, ia menemukan subjek dalam wataknya yang baru. Semua itu dirunutnya dengan matematika dan hasrat untuk memecah kebekuan filsafat akibat “pembunuhan-pembunuhan” yang dilakukan poststrukturalisme.

Badiou kini dikenal sebagai filsuf Prancis paling orisinal, terutama setelah karya-karyanya diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris. Lelaki kelahiran Rabbat, Maroko, tahun 1937 ini dikenal juga sebagai filsuf sayap-kiri Prancis terkemuka. Ia terlibat dalam gerakan mahasiswa Prancis pada Mei 1968, mengorganisasi kelompok komunis dan Maoist seperti UCFML. Di tahun 1969 ia menjadi pengajar di University of Paris VIII (Vincennes-Saint Denis) yang merupakan pendukung pemikiran counter-cultural. Di sana ia terlibat aktif dalam berbagai perdebatan sengit dengan Louis Althusser, Gilles Deleuze, dan Jean-François Lyotard yang menurutnya merupakan para penganjur filsafat kiri yang ia anggap sebagai penyimpangan tak sehat dari jalur-utama Marxisme.

Badiou secara formal dididik sebagai matematikawan di École Normale Supérieure (19561961) yang belakangan jadi tempatnya bekerja sebagai Kepala Departemen Filsafat. Sejak muda ia terlibat intensif dalam persoalan politik dan merupakan anggota pendiri dari United Socialist Party (PSU), sebuah organisasi turunan dari Partai Komunis Prancis yang aktif memperjuangkan dekolonisasi Algeria. Dalam dekade 1960-an, minat Badiou meluas. Ia menulis novel di tahun 1964 dan mulai belajar filsafat yang akhirnya menjadi fokus utamanya. Di tahun 1967, ia bergabung dalam kelompok studi yang dikelola oleh Louis Althuser dan tumbuh di bawah pengaruh pemikiran Jacques Lacan. Sebelumnya ia sempat menjadi murid Jean Paul Sartre dan belajar filsafat eksistensialis dari tokoh yang mempopulerkan eksistensialisme itu. Dari sana, modal filsafat ia dapat dan terus digarapnya hingga saat ini.

Advertisements

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan