Akhlak Anak Terhadap Orang Tua

1,501 kali dibaca

Perhatian Islam terhadap etika seorang anak kepada orang tua sangat jelas. Di dalam Al-Quran, Hadis, maupun fatwa ulama terkait bakti seorang anak terhadap orang tua sudah sangat sharih (jelas, terang, nyata). Bahwa, seorang anak harus (wajib) berbakti kepada kedua orang tua. Hal ini tentu memiliki alasan tersendiri, karena orang tua merupakan asal dari lahirnya generasi berikutnya, yaitu anak, si buah hati.

Belum lama ini viral di media pemberitaan, media sosial, dan diskusi-diskusi publik bahwa ada anak yang tega “membuang” ibunya, menyerahkannnya kepada panti jompo. Adalah Trimah, seorang ibu yang berumur lanjut (69) asal Magelang, Jawa Tengah. Ibu “malang” ini diserahkan ketiga anaknya kepada Yayasan Panti Jompo di Griya Lansia Husnul Khatimah Wajak, Kabupaten Malang. Sebenarnya ibu yang telah berjasa merawat ketiga anaknya hingga dewasa ini tidak ingin tinggal di panti jompo. “Di sini betah, tapi berharap segera dijemput,” begitu kata Trimah kepada detikcom ditemui di Griya Lansia, Sabtu (30/10/2021).

Advertisements

Sehubungan dengan sikap durhaka seorang anak terhadap orang tua sudah ada sejak masa awal. Bahkan di masa Rasulullah saw pun pernah diriwayatkan bahwa ada seorang anak (Ikrimah) yang durhaka kepada ibunya. Hingga kemudian Rasulullah saw berharap ibu Ikrimah tersebut mengampuni kesalahan anaknya. Semula ibu Ikrimah enggan untuk memaafkan anaknya. Namun ketika Rasulullah saw hendak membakarnya, karena Ikrimah dalam keadaan antara hidup dan mati (naza’ berkepanjangan) akhirnya hati seorang ibu pun luluh. Ibu Ikrimah memaafkannya dan tidak lama kemudian, Ikrimah pun menemui ajalnya.

Itu kisah di zaman Rasulullah saw masih hidup. Belum lagi kisah-kisah lainnya (mendekati legenda?), seperti kisah Malinkundang, Sangkuriang, dan lain sebagainya yang dapat dijadikan peringatan bahwa durhaka kepada orang tua akan berakibat fatal baik di dunia maupun di akhirat. Jadi dalam Islam ditegaskan bahwa seorang anak harus patuh kepada kedua orang tuanya, selama mereka dalam kebaikan. Begitu juga harus terus berbakti dengan cara yang paling menyenangkan hati kedua orang tua.

Bakti Terhadap Orang Tua

Di dalam Al-Quran, Allah swt menjelaskan bahwa seorang anak tidak boleh berkata kasar kepada kedua orang tua. “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra: 23).

Kewajiban seorang anak terhadap kedua orang tua adalah berbakti dan mengabdi. Hal ini disebabkan karena orang tua, terutama ibu, telah berupaya-payah dalam merawat, mendidik, dan mengandungnya. Lebih dari itu, kasih dan sayang orang tua tidak pernah berkurang dari sejak awal dan tanpa ada akhir. “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku (tempat) kembalimu.” (QS. Lukman: 14).

Selain dalil dari Al-Quran, di dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, “Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.” Ada yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim). Tidak masuk surga karena mereka tidak berbakti atau bahkan menelantarkan kedua orang tuanya. Maka kerugian yang besar bagi mereka yang menyia-nyiakan kedua orang tuanya, selagi mereka masih hidup.

Sementara dalam hadis lainnya, dari Abdullah bin Mas’ud, “Aku bertanya pada Rasulullah saw, ‘Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla?’ Beliau menjawab, ‘Salat pada waktunya’. Lalu aku bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau mengatakan, ‘Kemudian berbakti kepada kedua orangtua.’ Lalu aku mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Berjihad di jalan Allah’.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari berbagai dalil, baik Al-Quran maupun Hadis ditegaskan bahwa seorang anak harus berbakti kepada kedua orang tua. Oleh karena itu cukup disayangkan jika kemudian ada seseorang yang menelantarkan orang tuanya hanya karena kesibukan urusan dunia. Tentu saja tulisan ini bukan sebagai justifikasi terhadap kasus ibu Trimah yang diserahkan ketiga anaknya kepada panti jompo. Akan tetapi perlu diklarifikasi alasan mengapa mereka berbuat sebegitu tega terhadap ibu mereka sendiri. Jika alasan itu dapat dibenarkan(?), maka tidak perlu ada penilaian negatif. Tetapi jika tidak, maka perlu pemahaman yang lebih mendalam bagaimana konsep Islam berbuat kebajikan terhadap orang tua.

“Ibumu, ibumu, ibumu,… bapakmu!”

Sebuah Hadis terkenal di kalangan masyarakat, terkait dengan porsi kebaikan dan kebaktian terhadap kedua orang tua. Dari Abu Hurairah, Beliau berkata, “Seorang pria pernah mendatangi Rasulullah saw lalu berkata, ‘Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik?’ Beliau saw mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau saw mengatakan, ‘Ibumu.’ Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau saw mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Ayahmu’.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis di atas menjelaskan kedudukan seorang ibu terhadap bapak. Meskipun keduanya harus sama-sama dihormati, akan tetapi peran ibu melebihi peran seorang bapak di dalam merawat dan mendidik seorang anak. Maka dengan demikian, kita tetap harus menjaga kedua orang tua, karena hakikat keduanya adalah sebuah realita keberadaan. Tanpa adanya mereka, seorang anak tidak akan lahir ke dunia.

Selayaknya seorang anak kepada orang tua, seharusnya melihat bagaimana peran serta orang tua dalam merawat dan mendidik seorang anak. Ketika mereka mencapai usia uzur, menjadi kewajiban anak untuk menjaga mereka jangan sampai terlantar dan tidak terurus. Mereka yang pernah berjasa kepada anak-anak mereka, pada saat yang sama, ketika mereka sudah mencapai usia lanjut, tulang-tulang keriput, tenaga sudah habis, pendengaran begitu berkurang, dan lain sebagainya. Maka seorang anak wajib merawat dan berbuat baik kepada mereka sebagai ungkapan balas jasa, sekaligus sebagai ibadah demi kerelaan dari Allah swt.

Dalam sebuah Hadis dijelaskan, “Ridhallah fi ridhal walidain, washukhtullah fi shuhtil walidain, bahwa kerelaan Allah swt tergantung kepada kerelaan kedua orang tua, dan murka Allah swt tergantung kepada murka kedua orang tua.” (HR. Thabrani).

Belajar dari sebuah kasus merupakan sebuah keniscayaan. Kita jadikan pelajaran sekaligus memberikan pelajaran kepada mereka yang berbuat tidak etis terhadap ibu atau kedua orang tua. Kasus Ibu Trimah dapat kita jadikan sebagai pembelajaran agar kita sadar bahwa perbuatan durhaka terhadap orang tua adalah dosa. Dan kita pun menyadari, bahwa berbakti dan merawat mereka di saat usia senja adalah sebuah kehormatan dan sekaligus kewajiban. Wallahu A’lam! 

Multi-Page

Tinggalkan Balasan