Adab dalam Bertarekat

2,261 kali dibaca

Saya mengawali tulisan ini dengan penjelasan tentang awal mula motif penulis dalam penulisan buku ini. Menarik untuk saya singgung, karena H Abdur Rosyid diliputi kegalauan setiap kita membaca turats atau kitab-kitab klasik di pesantren karya ulama terdahulu. Abdur Rosyid mengaku banyak menemukan bahwa motif dari pengarang kitab tersebut bukan dari keinginan sang pengarang, melainkan “atas pesanan atau atas permintaan atau atas keinginan” orang lain. Bukan murni ide penyusun kitab itu sendiri.

Bagi Abdur Rosyid, permintaan tersebut dikarenakan keahlian dari masing-masing penyusun kitab. Sehingga mereka diminta untuk menulis kitab agar kemampuan yang mereka miliki bisa ditiru atau diamalkan orang lain. Seperti contoh yang dikemukakan penulis. Dalam bidang tasawuf dan tarekat, contohnya, Abdur Rosyid menyebutkan bahwa motif dari Syaikh Abdul Qadir Al-Jailany dalam menulis kitab Al-Ghunyah li al-Talib Tariq al-Haq fi al-Akhlaq wa al-Tasawwuf wa al-Adab al-Islamiyyah ialah permintaan dan permohonan dari pengikutnya.

Advertisements

Contoh lain, seperti dalam bidang fikih, Syaikh Ahmad ibn Ruslan Al-Syafi’i yang mengarang kitab Zubad. Juga bidang tauhid, Syaikh Nawawy al-Jawy al-Bantany dalam mengarang kitab Tijan Durary. Motif mereka menulis kitab yang sama-sama dilatari oleh permintaan dari teman-teman mereka.

Dalam pengantar buku ini,  Abdur Rosyid menyatakan bahwa, “Motif penulisan buku ini justru sebaliknya, karena penulis sama sekali tidak tahu adab yang harus dilakukan dalam dunia akhirat. Ketidaktahuan inilah yang kemudian membuat penulis banyak melanggar adab, yang tidak boleh dilakukan dilanggar dan yang harus dilakukan tidak dikerjakan.” (hal. vi.)

Abdur Rasyid kemudian menceritakan kronolgi bagaiamana dahulu pada 2000-an, salah satu gurunya, Syaikh Ahmad Asrori Al-Ishaqi, pendiri Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya, menyuruh santri dan pengajar untuk memiliki kitab Lawaqih al-Anwar a al-Qudsiyyah fi Ma’rifah Qawa’id al-Shufiyyah karangan Syaikh ‘Abd al-Wahhab al-Sha’rani. Sebagai guru tarekat (Kyai Asori) memang jarang menyampaikan maksud dari perintah itu secara vulgar atau to the point. Dalam dunia tarekat terdapat adagium “murid yang baik itu bukan yang patuh terhadap perintah, tapi yang paham terhadap isyarat”.

Masalahnya, Abdur Rasyid baru membaca kitab karya Syaikh ‘Abd al-Wahab tersebut, setelah sang guru wafat sembilan tahun kemudian. Ternyata, Abdur Rasyid menjadikan kitab karya Syaikh ‘Abd al-Wahab ini sebagai introspeksi diri, bahwa setiap informasi yang diperoleh dari kitab ini menyadarkannya tentang apa pun yang dilakukan beliau kepada guru dan keluarga guru, ikhwan-akhwat satu tarekat selama ini benar-benar keluar koridor adab dan akhlak tarekat.

Maka dari itu, penulis buku ini, Abdur Rasyid, menyusun buku yang berjudul Adab dalam Tarekat Ragam, Posisi, dan Urgensi. Penyusunan buku yang semacam epistimologi dari kitab Lawaqih al-Anwar al-Qudsiyyah fi Ma’rifah Qawa’id al-Shufiyyah ini bertujuan agar jemaah tarekat tidak melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh penulis buku ini.

Dalam buku setebal 208 halaman ini, penulisan diawali dengan biogarafi dari Syaikh ‘Abd al-Wahab al-Sya’rani dari masa kecil, guru-gurunya, pokok pemikirannya, pengalaman ruhani dan juga karya-karya yang telah disusun oleh Syaikh ‘Abd al-Wahab al-Sya’rani sendiri.

Buku ini menjelaskan tentang makna arti adab dalam dunia dan akhirat. Dalam buku ini disimpulkan beberapa aspek penting dari bagian-bagian penting dari adab dunia akhirat tersebut, dengan menarik kesimpulan tentang perbedaan poin-poin antara “adab”, “akhlak”, “etika”, “moral”, dan “susila” yang terletak pada patokan sumber yang dijadikan menentukan baik dan buruk.

Jika dalam etika penilaian baik-buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka adab dan akhlak patokan yang utama tentang masalah baik-buruk yang digunakan ialah agama. Pendek kata, etika, moral dan susila berasal dari produk rasio (manusia), sedangkan adab dan akhlak bersumber dari wahyu (Tuhan).

Sedangkan, perbedaan yang signifikan antara adab dengan akhlak adalah bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam pada jiwa dan telah menjadi kepribadian sehingga tidak memerlukan pemikiran, sedangkan adab belum menjadi sifat sehingga masih memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Diskursus-diskursus dari ulama-ulama sufi juga dipaparkan dalam buku ini secara gamplang dan mudah dicerna. Misalnya diskursus-diskursus dari ulama-ulama seperti Syaikh Abdul Qodir al-Jailany, Habib Abdullah ibn ‘Alwy al-Haddad, KH Muhammad Utsman al-Ishaqi, dan guru penulis, yaitu KH Ahmad Asrori al-Ishaqi.

Buku ini memuat juga lebih terperinci pendapat utama dari Syaikh ‘Abd al-Wahab al-Sya’rani tentang adab prilaku tarekat terhadap dirinya sendiri, mulai dari tobat, bersungguh-sungguh (mujahaddah), melawan hawa nafsu, tidak bergantung pada dunia (zuhud), berhati-hati dalam beribadah, dan lain-lain, yang mana setidaknya ada tiga puluh pedoman.

Lalu adab pelaku tarekat terhadap guru mursyidnya, ada dua puluh tujuh hal penting, yaitu: mencintai (mahabbah) guru, menyakini bahwa guru orang yang sempurna, tidak menantang guru, menjaga adab setelah guru wafat, selalu berada di dekat guru, melaporkan semua perjalanan ruhani, dan lain-lain.

Kemudian adab pelaku tarekat terhadap teman-temannya, ada lima belas yaitu: berkhidmah, mengalah, menjauhi teman buruk, tidak hasud, tidak membuka aib, dan lain-lain. Dan terakhir adab bermasyarakat secara luas, hanya tujuh bab, yaitu: makan bersama, menjauhi tempat yang tidak pantas, tidak memperdaya/menipu, tidak mudah berjanji, penyayang, penolong, dan mengekang keinginan.

Semua aspek adab dalam berhubungan terhadap diri sendiri, terhadap guru mursyid, terhadap teman, dan terhadap masyarakat secara luas dijelaskan dengan mudah dipahami dan juga ditambahi dengan refrensi ulama-ulama sufi yang mestinya buku ini baik sekali sebagai rujukan bagi murid untuk memahami bagaimana konsep beradab kepada sekitar, baik itu dirinya, gurunya, temanya dan masyarakat.

Data Buku

Judul: Adab Dalam Tarekat Ragam, Posisi dan Urgensi
Penulis: H Abdur Rosyid
Cetakan: I
Penerbit: SAF Press Surabaya
Tahun: 2021
ISBN: 978-602-1539-39-2

Multi-Page

Tinggalkan Balasan