YANG MELATA DI ANTARA METADATA

1,114 kali dibaca

KAU MELATA DI ANTARA MILIARAN METADATA

suka mendengkur tapi tak tidur.
tersasar sampai ke luar kamar
saat dengking mesin-mesin kasir
mulai beraksi menyajikan mimpi
sewangi dan setebal uap kopi,
menari-nari di udara berpolusi.

Advertisements

gonggong klakson-klakson di sepanjang jalan,
mesin-mesin kendaraan menyalak-nyalak,
knalpot angkot dan bus kota berteriak-teriak
: minggir! minggir! tidak ada hari minggu.
semua hari adalah hari maumu,
hari mauku. harimau kita!

hidup yang mampir pada selembar seratus ribu
bahkan tak bisa ditukar dengan peluru
untuk terus menerus terburu-buru berburu
segala sesuatu yang mungkin kau tak perlu

kemudian kau cuma akan mengambang
di antara sinyal yang berlalu-lalang.
kau melata di antara milyaran metadata.
masa lampau menjelma mata pisau;
teror besar yang keluar dari layar telepon pintar.

sesekali terdengar bapak-ibumu menjerit-jerit
: apakah nasib selalu lebih rumit
ketimbang sirkuit listrik ponsel android

KOTA INI
: Jogja

kota ini kehilangan pagi,
tetapi matahari selalu kencang berlari
terbirit-birit ingin segera terbit dari telepon genggam,
tempat di mana kita menekuni hobi bunuh diri
dengan cara tenggelam.

ranjang-ranjang dipenuhi ranjau.
para pemburu kerja meledak dan tergeletak di atasnya
selepas toga-toga dilempar ke udara
lalu jatuh di ketiak papa-mama
yang saban hari mengenang nasib sepetak sawah dan rumah
pada selembar ijazah anak-anaknya.

jarum jam semakin tajam
detak-detik hening jadi denting-denting genting,
melengkingkan prasangka tentang usia dan angka-angka.
setiap kata berapa menjadi berapi-api
menghabisi mulut dan kepala sendiri.

kota ini kehilangan hujan,

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan