Warmad Versus … Mart

812 kali dibaca

Dulu, proses kreatif saya sering terhenti pada nisfu lail. Bukan sebab mau bersujud, tapi semata-mata karena batang terakhir telah menjadi abu. Sebab, di tengah malam sesendiri itu, mana ada toko yang masih buka.

Tapi sekarang beda cerita. Sebab, hanya kurang dari 200 meter di mana saya tinggal, sudah ada dua warung yang selalu buka selama 24 jam. Nonstop. Dan segala apa ada di sana. Saya tinggal berjalan sebentar, membeli berbatang-batang lagi, dan proses kreatif bisa dilanjutkan lagi.

Advertisements

Luar biasa manfaat dan pengaruh keberadaan toko-toko itu. Milik siapakah mereka, toko-toko itu, warung-warung itu? Orang-orang menyebut itulah tokonya orang-orang Madura, warungnya orang-orang Madura. Ada yang menyebutnya “Wara”, kependekan dari “warung madura”. Ada yang menyebutnya “Warmad”, kependekan dari istilah yang sama. Apa pun sebutannya, istilah itu merujuk pada toko-toko kelontong yang dikelola oleh para tretan dari Pulau Garam itu.

Mereka memang fenomenal —toko-toko kelontong tretan Madura itu. Hanya dalam beberapa tahun, mereka sudah mengecambah, menjamur ke seluruh negeri. Di kota-kota besar, warmad-warmad ini telah menjadi penantang terdepan raksasa waralaba ritel seperti Indomaret dan Alfamart. Jumlahnya, masyaallah, ribuan, puluhan ribu, … atau berapa belum ada yang data yang pasti dari total 3,5 juta toko kelontong di seluruh Indonesia.

Sesungguhnya kehadiran warmad-warmad itu tak hendak menantang-nantang para raksasa ritel waralaba yang sudah menggurita itu. Mereka hanya hadir di ceruk pasar yang berbeda. Hadir secara sangat dekat, begitu intim, di tengah-tengah masyarakat, masyarakat konsumen. Mereka hadir hampir di semua jalan-jalan kecil atau bahkan gang-gang sempit perkampungan padat penduduk. Itulah kenapa bangunan toko-tokonya juga berukuran mini: rata-rata hanya 20-30 meter persegi.

Karena ceruk pasar yang disasar berbeda, maka mereka juga hadir dengan tampilan dan pelayanan yang berbeda. Bangunan toko mini itu mereka desain secara sederhana, rapi, namun meriah. Dan disiapkan untuk menjajakan segala yang dibutuhkan masyarakat sekitarnya. Bahkan selalu ada pom bensin mini di depan tiap warmad itu, yang seakan menjadi ciri khasnya. Ikonik.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan