Ulama Nusantara yang Mendunia (2): Syekh Junaid Al-Batawi

1,461 kali dibaca

Syekh Junaid al-Batawi merupakan satu-satunya ulama Betawi yang memiliki pengaruh besar di dunia Islam pada awal abad ke-19. Ia pun menjadi poros silsilah ulama Betawi pada masa kini. Namun, sangat disayangkan, riwayat hidup tentang sosok syaikhul masyayikh (guru dari para guru) ini masih minim, sehingga informasi seputar dirinya masih kabur. Mulai dari silsilahnya, tanggal lahirnya, sampai tanggal wafatnya masih simpang siur dan belum pasti. Padahal, ia adalah tokoh ulama yang berperan besar dalam kancah keilmuan Islam di Nusantara.

Meski demikian, tidak ada keraguan bahwa ia merupakan ulama berpengaruh yang pernah menjadi imam pertama di Masjidil Haram dari kalangan ulama Jawi, khususnya Betawi. Ia diangkat menjadi imam di Masjidil Haram dan mendapat gelar syaikhul masyayikh yang terkenal seantero dunia Islam dengan bermazhab Syafi’iyah sepanjang abad ke-18 sampai ke-19 atas prestasinya yang luar biasa ketika bermukim di Makkah.

Advertisements

Tahun Lahir, Tahun Wafat, dan Silsilah Nasab

Dari beberapa data yang ditemukan (menurut Snouck Hurgronje), diperkirakan bahwa tahun kelahiran Syekh Junaid Al-Batawi ialah 1780-an, dan tahun kewafatannya sekitar tahun 1890-an. Sedangkan menurut Alwi Shahab sebagaimana yang dikutip oleh Zailani Kiki, Syekh Junaid Al-Batawi wafat sekitar tahun 1740-an, dengan rentang usia seratus tahun atau lebih. Wallahu a‘lam.

Mengenai silsilah nasabnya, terutama ihwal kedua orangtuanya, belum ada referensi yang kuat. Namun, dapat diketahui bahwa ia lahir di Pekojan (Jakarta). Kemudian, saat berusia empat puluh tahunan, ia menunaikan ibadah haji bersama semua keluarganya (istri dan anak-anaknya) sambil menimba ilmu di Makkah dan bermukim di sana selama enam tahun. Setelah itu, ia sempat balik ke kampung halamannya di Betawi untuk menyebarkan agama Islam.

Ia dikaruniai empat orang anak, yaitu dua putra dan dua putri. Kedua putranya bernama As’ad dan Sa’id. Sementara nama kedua putrinya belum ditemukan informasi yang jelas. Diterangkan bahwa salah seorang putri Syekh Junaid Al-Batawi menikah dengan Syekh Mujtaba asal Bukit Duri (Betawi) yang tak lain adalah muridnya sendiri. Dan satu putrinya lagi dinikahkan dengan Syekh Abdurrahman Al-Mishri, ulama asal Mesir. Pernikahan putri Syekh Junaid Al-Batawi dengan Syekh Abdurrahman Al-Mishri melahirkan seorang anak bernama Aminah yang kemudian dinikahkan dengan Aqil bin Yahya, lalu melahirkan putra bernama Utsman bin Yahya. Dalam salah satu keterangan dijelaskan bahwa Utsman bin Yahya adalah pengarang Kitab Sifat 20 Kitab Sifat 20 yang tetap populer hingga saat ini.

Perjalanan Mencari Ilmu

Syekh Junaid Al-Batawi belajar agama pertama kali kepada kedua orangtuanya. Lalu, belajar kepada ulama-ulama di sekitar Betawi. Setelah itu, ia menunaikan ibadah haji sembari menuntut ilmu di Makkah bersama teman-teman sejawatnya yang tinggal di kampung al-Jawi, seperti Syekh Arsyad Al-Banjari dan Syekh Mahmud Kinan Al-Palimbani. Di sana, mereka berguru kepada Syekh Abdus Shomad bin Abdurrahman Al-Palimbani dan Syekh Ahmad Zaini Dahlan.

Selama belajar di Makkah, Syekh Junaid Al-Batawi terkenal sebagai orang yang cerdas dan memiliki semangat yang tinggi dalam menimba ilmu. Ia mempunyai kualitas keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dari itu, ia diamanahi menjadi pengajar sekaligus imam di Masjidil Haram, yang mana, untuk mendapat posisi tersebut harus melewati uji seleksi dari segi keilmuan dan kepribadian.

Murid-murid Syekh Junaid Al-Batawi

Ketika Syekh Junaid Al-Batawi ikut andil dalam poros keilmuan di Makkah, banyak thullab dari berbagai kalangan, khususnya Al-Jawi, yang mengerumuni halaqah pengajiannya. Di antara muridnya yang tersohor adalah Syekh Nawawi Al-Bantani, Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, dan Syekh Mujtaba Al-Batawi.

Dalam beberapa keterangan diketahui bahwa jaringan ulama Betawi memiliki enam poros utama, yaitu Guru Mansyur, Guru Marzuki, Guru Mughni, Guru Majid, Guru Khalid, dan Guru Ramli. Keenam poros utama ulama Betawi tersebut tersambung kepada Syekh Mujtaba Al-Batawi dan terus ke atas kepada Syekh Junaid Al-Batawi.

Keteladanan Syekh Junaid Al-Batawi

Syekh Junaid Al-Batawi merupakan sosok ulama yang patut diteladani bagi generasi muda muslim saat ini, di tengah sulitnya pemuda muslim mencari sosok teladan yang baik. Beberapa keteladanan beliau yang bisa kita contoh adalah sebagai pengembara ilmu sejati, Syekh Junaid al-Batawi rela meninggalkan Betawi demi mempelajari ilmu di pusat studi keislaman. Saat ia berhasil menguasai banyak ilmu, ia tidak pelit mengajarkan ilmunya kepada orang lain, terutama kepada masyarakat Nusantara yang sedang berhaji. Ia mentransfer ilmunya kepada thullab yang rela meluangkan waktunya untuk menimba ilmu di majelisnya.

Tantangan dan rintangan dalam mencari ilmu tidak jarang juga Syekh Junaid dapati. Mulai dari rasa malas yang tiba-tiba datang, mengulang-ulang pelajaran yang mengusik kesabaran, sulitnya biaya sehingga harus menahan lapar saat belajar, hingga waktu yang lama dan jarak yang jauh harus ditempuh untuk mendapatkan ilmu dari para gurunya. Ia menghadapi semua tantangan dan rintangan dalam pengembaraan ilmu itu dengan penuh kesabaran.

Selain itu, Syekh Junaid Al-Batawi juga dikenal sebagai sosok yang memiliki akhlak mulia, baik kepada semua orang, mudah memaafkan, rendah hati, tidak pendendam, dan jauh dari sifat dengki. Ia adalah sosok manusia yang sederhana, tidak terpesona oleh gemerlap dunia, dan kesederhanaan ini membuatnya dekat dengan semua kalangan.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan