Transformasi Pesantren: Menjaga Tradisi, Membangun Masa Depan

573 kali dibaca

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional yang telah ada sejak zaman kejayaan kebudayaan Islam di dunia. Pesantren memiliki peran penting dalam perkembangan agama dan budaya Islam di Indonesia, khususnya dalam memperkuat keimanan dan ketakwaan umat Islam serta menjaga tradisi keislaman.

Setelah sempat mengalami banyak peristiwa, bahkan sulit mendapatkan pengakuan sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia, pesantren kini dihadapkan lagi pada masalah baru. Perkembangan teknologi yang sangat pesat telah mengubah seluruh aspek kehidupan, termasuk cara pandang masyarakat terhadap pesantren. Secara tidak langsung, pesantren dihadapkan pada dua pilihan, antara menampakkan “wajah baru” sebagai respons atas perkembangan yang terjadi, atau tetap dengan keadaannya yang mempertahankan sisi tradisional, khas dan unik.

Advertisements

Sangat dimungkinkan dan bahkan sebuah keharusan bagi pesantren untuk mengikuti perkembangan teknologi. Di satu sisi, pesantren sebagai subkultur telah menjadi sebuah benteng dari kebudayaan terdahulu, namun apabila kaku terhadap perkembangan teknologi dan tidak merespons secara agresif, maka pesantren akan tertinggal sangat jauh dari pendidikan pada umumnya.

Perkembangan teknologi membuat pesantren harus terus berinovasi dalam metode pengajaran dan manajemen pesantren. Pesantren dituntut untuk memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendidikan. Penggunaan teknologi juga dapat membantu pesantren dalam menghadapi tantangan globalisasi dan modernisasi yang dapat mempengaruhi nilai dan tradisi keislaman yang dipegang teguh oleh pesantren.

Pesantren pada mulanya merupakan tempat menempa diri, tempat untuk mempersiapkan dirinya sebagai pemimpin, namun tak dapat dimungkiri seiring berkembangnya teknologi, pesantren tidak bisa hanya mengajarkan kitab-kitab klasik yang dikarang oleh ulama salaf. Seyogianya pesantren juga harus mempertimbangkan dan menerapkan teknologi dalam pengajaran, agar para santri tidak gaptek (gagap teknologi), dan bisa beradaptasi dengan arus globalisasi saat ini. Mereka bisa mengonfigurasikan problematika yang tengah terjadi saat ini dengan persoalan yang terjadi pada masa dahulu dalam kitab klasik yang mereka pelajari yang cenderung menjadi rutinitas sehari-hari. Santri tidak hanya hidup dengan norma “halal-haram” saja. Mereka juga akan mengalami hidup dengan tatanan sosial hingga politik sekalipun yang tentunya tidak bisa diselesaikan hanya dengan hukum syar’inya.

Teknologi diciptakan untuk memudahkan manusia dalam segala aktivitasnya, jika teknologi sendiri sudah seakan mempunyai falsafah kebaikan, maka dengan demikian pesantren seharusnya menganggap teknologi demikian bukan lantas diasingkan.

Secara substansial, teknologi memiliki dua sisi secara bersamaan, positif-negatif. Pesantren yang memiliki ideologi sebagai tempat bimbingan atau katakanlah tempat kebaikan tentunya bisa memilih dan memilah antara baik dan buruknya dari teknologi, mempertimbangkan mana yang perlu diterapkan dan yang tidak. Jika pesantren masih tutup telinga dengan arus perkembangan teknologi, akan tertinggal sangat jauh dan stagnan tanpa perkembangan.

Dalam istilah ushul fiqh juga ditegaskan bahwa kita harus berdaptasi dengan kondisi apapun dan di mana pun, al Muhafadzu ‘Ala al-Qadim as-Shalih, Wa al-Akhdzu bi al-Jadid al-Ashlah, menjaga sebuah tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik. Jadi dalam perspektif ini sangat jelas bahwa pesantren harus mentransformasikan dirinya, memodernisasi diri. Bukan lantas mengubah ideologi, namun mengkonfigurasikan antara budaya kuno pesantren dengan teknologi sebagai wujud modernisasi.

Kemampuan pesantren untuk menjawab tantangan ini pernah dikemukakan oleh Nurcholish Madjid dalam buku Bilik-bilik Pesantren. Ia berpendapat bahwa tantangan arus modernisasi yang berlangsung akan menjadi tolok ukur seberapa jauh pesantren dapat survive dengan zamannya. Apabila pesantren mampu menjawab tantangan itu, akan memperoleh kualifikasi sebagai lembaga modern. Lembaga yang masih berpegang teguh dengan tujuan yang utuh tanpa ketinggalan zaman dan kolot.

Selain itu, teknologi juga dapat membantu pesantren dalam manajemen keuangan dan administrasi. Pesantren dapat menggunakan aplikasi keuangan dan manajemen untuk memudahkan pengelolaan dana dan kegiatan di pesantren. Hal ini dapat membantu pesantren dalam mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki dan mencegah terjadinya kesalahan dalam pengelolaan keuangan dan administrasi.

Namun, penggunaan teknologi dalam pesantren juga harus dilakukan dengan hati-hati dan bijaksana. Pesantren harus memastikan bahwa penggunaan teknologi tidak melanggar nilai dan tradisi keislaman yang dipegang teguh oleh pesantren. Pesantren juga harus memastikan bahwa teknologi tidak menjadi pengganti nilai-nilai keislaman, namun justru digunakan untuk memperkuat nilai-nilai tersebut.

Selain itu, penggunaan teknologi juga dapat memicu munculnya masalah baru, seperti kecanduan teknologi dan penyalahgunaan media sosial. Pesantren perlu memberikan pendidikan dan pengarahan kepada santri tentang penggunaan teknologi yang bijaksana dan sehat.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh pesantren dalam menghadapi perkembangan teknologi adalah pengembangan sumber daya manusia. Pesantren harus mampu menghasilkan lulusan yang mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan memiliki kompetensi yang memadai untuk menghadapi tantangan global saat ini dan nanti.

Oleh karena itu, pesantren harus memberikan pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan zaman. Pesantren juga dapat bekerja sama dengan institusi pendidikan atau industri dalam memberikan pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan zaman. Hal ini dapat membantu pesantren dalam menghasilkan lulusan yang siap bersaing di pasar kerja dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

Untuk memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu dalam pendidikan, pesantren harus memperhatikan sarana dan prasarana yang dimiliki. Pesantren harus memastikan bahwa fasilitas yang dimiliki memadai dan dapat mendukung penggunaan teknologi. Sarana dan prasarana yang diperlukan antara lain koneksi internet yang cepat dan stabil, perangkat komputer dan gadget yang memadai, serta ruang kelas dan asrama yang nyaman dan aman —tentunya juga dengan pengawasan yang ketat.

Oleh karena itu, pesantren harus memperhatikan pengelolaan keuangan dan memprioritaskan pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Pesantren memiliki peran penting dalam pengembangan potensi santri. Santri bukan hanya belajar ilmu agama, namun juga harus dibekali dengan keterampilan dan pengetahuan yang dapat membantu mereka menghadapi tantangan global. Oleh karena itu, pesantren harus mampu mengembangkan potensi santri secara holistik, yaitu mengembangkan potensi spiritual, intelektual, emosional, dan sosial.

Pesantren dapat memanfaatkan teknologi untuk memberikan pembelajaran yang lebih interaktif dan menyenangkan, serta memberikan akses pada informasi yang lebih luas dan cepat. Hal ini dapat membantu santri dalam mengembangkan potensi intelektualnya. Pesantren juga memiliki potensi untuk menjadi pusat ekonomi yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. Pesantren dapat memanfaatkan potensi ekonomi yang dimilikinya, seperti produk-produk olahan makanan, kerajinan tangan, dan jasa-jasa pendidikan dan pelatihan. Juga dapat memanfaatkan teknologi untuk memberikan pelatihan dan pendidikan yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi. Serta dapat memberikan pelatihan kewirausahaan, manajemen bisnis, dan teknologi informasi bagi santri dan masyarakat sekitar. Hal ini dapat membantu masyarakat sekitar dalam mengembangkan potensi ekonominya dan berkontribusi positif bagi perekonomian nasional. Juga guna menemukan kader santri yang cakap dalam entrepreneurship dan siap menghadapi globalisasi.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan