Tradisi Bakar Kemenyan dan Pandemi

3,053 kali dibaca

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang lekat dengan tradisi. Bahkan tidak hanya lekat, melainkan tradisi sudah menjadi salah satu napas hidup masyarakat Indonesia yang nota bene mayoritas umat muslim. Islam pun dibawa masuk ke Indonesia (Nusantara) melalui ragam pendekatan tradisi dan budaya (kultural). Dan hal ini menjadikan sedikit banyak umat muslim di Indonesia memiliki tolok ukur maupun khazanah tradisi dalam setiap tindak-tanduk maupun dalam merespons fenomena kehidupan.

Pandemi Covid-19 yang juga bisa disebut pagebluk atau wabah turut menyisakan ragam fenomena maupun respons dari umat muslim. Yang mana kaitannya dalam hal ini berkutat pada ikhtiar tolak pagebluk atau wabah. Bentuk ikhiar yang dilakukan oleh umat muslim berdasar pada tradisi daerah masing-masing. Umat muslim kita meyakini bahwa ikhtiar-ikhtiar tersebut dapat membentengi diri, keluarga, rumah dari segala keburukan yang akan mendekat, salah satunya adalah penyakit atau virus.

Advertisements

Tradisi yang dilakukan umat muslim sebagai ikhtiar membentengi diri dari wabah sangat beragam. Hal ini pun sudah menjadi pemberitaan di media-media. Setiap daerah memiliki bentuk yang berbeda-beda.

Misalnya, masyarakat di Sumberejo, Kota Batu, Jawa Timur membakar garam di depan rumah masing-masing ketika menjelang tengah malam. Hal serupa juga dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Bondowoso. Kemudian di pojok atau titik desa (baca: yang di-sakral/keramat-kan) dibakarkan sebuh kemenyan, dengan dilandasi doa kepada Allah dan leluhur desa, agar diberikan keselamatan.

Di Bawean, Kabupaten Gresik, masyarakatnya membakar kemenyan di rumah masing-masing dengan diikuti prosesi zikir dan selawat bersama sebagai ikhtiar memagari desa dari masuknya wabah. Dan masih banyak lagi di lain tempat, hal serupa dengan ragam bentuknya.

Dan terlepas dari ikhtiar-ikhtiar yang lekat dengan tradisi, sebagian masyarakat masih mempertanyakan atau bingung dengan hal tersebut. Apakah penggunaan bakaran kemenyan memiliki manfaat, khususnya dalam menangkal penyakit atau virus? erlebih, masih mengakar pada sebagian masyarakat, bahwa kemenyan lekat dengan hal-hal mistis, perdukuan, dan hal ghaib. Padahal tak jarang juga di majelis-majelis selawat, maulid, atau manqib yang menggunakan bakaran kemenyan sebagai wewangian.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan