Tongkat Berselendang Merah

220 kali dibaca

Ningsih sampai meletakkan sapu saat tahu suaminya berteriak histeris. Kedua kakinya melangkah tergopoh-gopoh menuju sumber suara. Ia mendapati wajah suaminya, Parto, pucat pasi. Kedua bola matanya mengerjap-ngerjap, napas naik turun, nyaris tersengal-sengal. Sesekali bibir mengatup dengan gigi gemerutuk. Ningsih membenarkan posisi kepala Parto yang jauh dari bantalnya. Ia memapah suaminya pelan dengan paras datar.

“Tidak mungkin! Kursi itu milikku!” Teriakan itu sudah biasa didengar telinga Ningsih. Parto baru membuka suara setelah disodorkan segelas air. Ningsih menatap tajam wajah suaminya yang hampir tidak berwajah manusia. Dalam hati Ningsih bertanya-tanya, sebanarnya apa yang sedang terjadi dengan suaminya?

Advertisements

Semenjak suaminya gagal menjadi kepala desa, Parto tak pernah keluar rumah. Ia selalu meringkuk di kamar dan berteriak seperti orang kesetanan. Ningsih sudah kehabisan akal untuk membawanya berobat. Tak hanya dokter spesialis, beberapa tabib yang ia kenal dan dengar dari orang lain sudah ia datangi, tapi nihil. Kesehatan Parto bertambah parah. Ia selalu meracau tak kenal waktu.

Pernah satu minggu lalu, Ningsih mengunci pintu kamar Parto dan menjejali bekas pakaian yang terdapat di celah-celah kamar. Cara ini dilakukan Ningsih supaya tidak mengganggu waktu santainya. Ningsih dari dulu memang perempuan yang suka bersolek dan berbelanja ria. Beraneka buah-buahan disajikan di atas meja tepat di hadapannya. Satu buah anggur ia comot dan menikmatinya senikmat mungkin. Kedua matanya menonton acara TV kesukaannya. Meski keadaan Parto membuatnya bosan, ia memilih bertahan karena masih ingin menikmati sisa kekayaan Parto waktu menjabat sebagai kepala desa.

***

Konon, Pak Parto menjabat sebagai kepala desa sampai lima belas tahun lamanya. Tak ada yang bisa menggantikan kedudukan Pak Parto. Ia terkenal sebagai penguasa kursi panas. Hanya ia yang bisa menaklukkan kursi kepala desa. Tak ada yang berani mencalonkan diri sebagai kepala desa melawannya. Barang siapa yang berani menandinginya, maka orang itu harus siap-siap terkuras hartanya dan menerima kekalahan.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan