Tentang Fitrah Manusia Menjadi Hamba

1,602 kali dibaca

Manusia merupakan sebaik-baik ciptaan Tuhan. Allah memberi beragam fasilitas yang membuat manusia sangat berharga dan mulia, yaitu akal, pancaindra, intuisi, dan imajinasi. Dalam A-Qqur’an tertulis, “Wa laqad karramna banii adama.” Mukarram artinya dimuliakan dan “ahsanu taqwim” sebaik-baik bentuk di antara makhluk lainnya.

Sebagai “masterpiece” yang dibanggakan Allah, manusia diberi dua amanah sekaligus, yaitu menjadi khalifah dan menjadi hamba. Dalam menjalani tugasnya sebagai khalifah dan hamba di muka bumi, Allah merancang sistem sunnatullah agar pemenuhan dua amanah tersebut dapat saling menyempurnakan.

Advertisements

Buku ini, yang diberi judul Menjadi Hamba Menjadi Manusia, menguraikan misi penting tugas kehambaan dan kemanusiaan. Untuk menyukseskan dua tanggung jawab tersebut manusia harus mengenal beragam fitrah yang dimilikinya. Hakikat fitrah tersebut adalah kunci kebahagiaan dan kebaikan manusia apabila dijalankan sesuai dengan tuntunan dan porsi yang tepat.

Dalam Al-Qur’an diterangkan bahwasannya kehadiran manusia di muka bumi saling berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan keduniaan dan kewajiban spiritual.

Tugas ini seperti diisyaratkan dalam A-Qur’an, “Dan carilah negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bahagiamu di dunia dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashas: 28).

Disadari atau tidak, perkembangan teknologi saat ini menggiring manusia dalam paradigma miso-sophia (benci terhadap kebijaksanaan). Mereka percaya akan kemampuannya dalam menaklukkan apa pun di alam semesta sehingga berakibat pada krisis diri dan fitrah. Identitas diri mereka seringkali dikaitkan dengan gelar, jabatan, harta, dan kepemilikan.

Di posisi yang berseberangan, tercipta juga golongan “aliensi” manusia yang terasing dari segala aspek kehidupannya. Ketekunan dalam beribadah membuat mereka abai pada sifat kemanusiaannya. Ironisnya, mode hidup spiritual tersebut melenyapkan sisi kepedulian manusia terhadap hal ikhwal duniawi.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan