Syekh Mahfudz, Imam Bukharinya Tanah Jawa

3,377 kali dibaca

Siapa yang tidak kenal dengan Imam Bukhari ? Saya yakin semua orang muslim tidak asing dengan Imam Bukhari. Namanya pun sering disebut-sebut oleh mubaligh dalam mimbar pengajian ataupun mimbar khutbah Jumat. Ketenaran Imam Bukhari berkat kepakaranya dalam ilmu hadis. Dia adalah seorang perawi hadis yang lahir di Bukhara pada tahun 810 M. Imam Bukhari lahir sekitar 200 tahun setelah Nabi Saw wafat.

Imam Bukhari menulis kitab hadis yang sangat popular dan dijadikan rujukan oleh orang muslim sedunia. Kitab itu diberi judul Shahih Al-Bukhari, yang artinya kumpulan hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Kitab ini tidak diragukan lagi kualitas hadisnya, karena ulama dunia sepakat bahwa hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sahih dan otentik.

Advertisements

Namun di sini kita tidak akan bicara lebih jauh tentang Imam Bukhari, karena fokus kita kali ini akan membicarakan seorang ulama hadis dari Tanah Jawa yang sering dijuluki sebagai Imam Bukharinya Tanah Jawa.

Siapakah itu? Dia adalah Syekh Mahfudz Termas, seorang ulama terkemuka dari Termas, Jawa Timur. Muhammad Mahfudz bin Abdullah bin Abdul Mannan bin Diman Dipomenggolo at-Tarmasi al Jawi atau yang lebih dikenal dengan nama Syekh Mahfud At-Tarmasi Al-Jawi. Dia lahir pada 21 Juni 1842 Masehi di Desa Termas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur. Dia merupakan putra seorang ulama di daerah Termas.

Konon, Syekh Mahfudz dilahirkan pada saat ayahnya, KH Abdullah, sedang melaksanakan Ibadah haji dan menuntut ilmu di Mekkah. Maka sewaktu kecil Syekh Mahfudz mendapat bimbingan dan pelajaran dari ibu dan pamannya.

Mereka berdua inilah yang menjadi guru pertama bagi Syekh Mahfudz. Syekh Mahfudz dibekali dengan dasar-dasar ilmu agama oleh ibu dan pamannya. Sejak kecil, Syekh Mahfudz telah menunjukkan kepintarannya. Hal ini dibuktikan dengan kemampuannya menghafal Al-Qur’an 30 Juz pada saat usianya baru 6 tahun.

Ketika beranjak dewasa, Syekh Mahfudz dipanggil ayahnya untuk ke Mekkah. Singkat cerita, ketika Syekh Mahfudz sampai di Mekkah, dia diperkenalkan dengan kitab-kitab induk oleh ayahnya. Di sana, Syekh Mahfudz banyak menghabiskan waktuya untuk belajar kitab Syarah al-Ghayah li Ibni Qasim al-Ghuzza, Al-Manhaj al-Qawim, Fathul Mu’in, Fathul Wahhab, dan Tafsir Jalalain. Semua kitab ini dipelajari Syekh Mahfudz di bawah bimbingan ayahnya.

Ketika merasa cukup belajar di Mekkah, Syekh Mahfudz akhirnya memutuskan untuk kembali ke tanah air dan belajar kepada Syekh Saleh Darat as Samarani, seorang ulama besar di Tanah Jawa pada waktu itu. Di bawah bimbingan Syekh Shalih Darat as Samarani ini, Syekh Mahfudz banyak mengkaji kitab pokok seperti Tafsir Jalalain, Syarah Syarqawi ‘ala al-Hikam, Syarah al-Maradinifi al-Falak, dan Wasilatut Thullab.

Setelah semua kitab tersebut berhasil dikhatamkannya, Syekh Mahfudz memutuskan untuk kembali ke Hijaz dan memperdalam ilmunya. Sewaktu di Hijaz inilah Syekh Mahfudz banyak menghabiskan waktunya untuk belajar dengan para ulama terkemuka di Hijaz waktu itu.

Adapun, nama guru-guru Syekh Mahfudz sewaktu di Hijaz di antaranya adalah Syekh Muhammad Sa;id al-Hadrami, Sayyid Ahmad az-Zawawi, Syekh Muhammad Amin al-Madani, Syekh Syarbani ad-Dimyathi, dan masih banyak lagi. Dari guru-gurunya inilah Syekh Mahfudz memperoleh sanad keilmuan. Sanad keilmuan yang dimiliki Syekh Mahfudz sangat banyak dan beragam bidang, seperti sanad tafsir, hadis, fikih, nahu-saraf, ushul fikih, tasawuf, tauhid, dan masih bayak lagi.

Maka jangan heran ketika Syekh Mahfudz diakui keunggulannya oleh ulama-ulama besar dunia. Berkat kealiman dan keluasan ilmunya ini Syekh Mahfudz diberikan amanah menjadi Imam Besar Masjidil Haram. Ini prestasi luar bisa yang dicetak oleh seorang ulama Nusantara selain Syekh Nawawi al-Bantani.

Dalam bidang ilmu hadis, Syekh Mahfudz-lah rajanya. Karena dia berhasil menghafalkan hadis beserta sanad-sanadnya sekaligus. Berkat kepandaian dan kepakarannya dalam bidang hadis ini, Syekh Mahfudz dijuluki sebagai Imam Bukhari dari Tanah Jawa. Maka, Syekh Mahfudz sering menjadi referensi bagi ulama-ulama besar yang fokus mengkaji hadis seperti Syekh Yasin bin Isa al-Fadani yang dijuluki sebagai Musnid ad-Dunya. Selain itu, Syekh Mahfudz produktif menulis kitab, misalnya Al-Mihnah al-Khairiyah fi Arba’in Haditsan min Ahaadis Khair al-Bariyyah, Muhibah Dzy al-Fadhl, Al-Kil’ah al-Fikriyah bi Syarah al-Minhah al-Khairiyyah, dan lain sebagainya.

Syekh Mahfudz bermukim di Mekkah selama 40 tahun. Selama di Mekkah ini, Syekh Mahfudz banyak menghabiskan waktunya untuk mengajar para muridnya. Kebanyakan muridnya berasal dari Tanah Air yang menunaikan ibadah haji sambil menuntut ilmu. Adapun, murid Syekh Mahfudz yang dari Indonesia di antaranya adalah KH Hasyim Asyari, Syekh Ihsan al-Jampesi, KH Baidhawi Lasem, KH Ma’shum Lasem, Abdul Wahab Hasbullah, KH Shiddiq Jember, KH Baqir Jogja, Ali al-Banjari, dan masih banyak lagi yang tidak mungkin kita sebutkan satu per satu.

Syekh Mahfudz wafat di Makkah pada 22 Maret 1920 M. Kemudian jenazahnya dikebumikan berdampingan dengan makam istri Rasulullah Saw, Siti Khadijah.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan