SYAIR ABU NAWAS

229 kali dibaca

SYAIR ABU NAWAS

Kulihat tubuhku bayangan hitam musim gersang
Riuh angin kegaduhan menyusup dari segala arah
Membawa pasir-pasir dosa
Lengket di bayangan hingga jadi hitam raksasa

Advertisements

Di bahu kiriku terlalu banyak koleksi buku
Ditulis setiap waktu dibaca aku akan malu
Di bahu kananku hanyalah lembar abu-abu
Telantar setiap waktu dibaca aku akan malu

Ya Rohim
Surgamu terlalu bersih untuk kujadikan rahim
Namun terlalu perih jika harus neraka jahim

Ya Rohim
Sebelum tubuh di lahat intim
Izinkan sadar tak lagi musim
Buatlah pudar kotor zalim
Menjadi salim ya Karim

Sumenep, 2024.

PETUAH

Ada segelas air putih di meja
Karena sangat dahaga
Kuingin menghabiskannya seketika
Namun kakek berkata pada cucu-cucunnya

Minumlah perlahan dan habiskan
Berilah kesempatan bibirmu merindukan cawan
Sebab jika kembali pertemuan
Akibat lebih akan mengesankan

Sumenep, 2024.

TRAGEDI PANTAI BINTARO

Dari apa yang kupunya
Di pengujung Oktober
Kubangun gubuk sederhana
Di tempat yang kuanggap nyaman hingga menemui masa tua

Selang 4 tahun gubuk itu roboh
Sebab badai dari arah pantai
Mencederai organ yang semua orang menganggapnya kasat mata
Melukai organ yang tak pernah kutemukan darahnya

Jerit tangis dan air mata
Teracik bersama badai
Hingga tercipta racun pahit membuat diri buta arah

Ya Tuhan
Waktu memang pudar
Racun semakin menjalar
Dan tak pernah kutemukan penawar

Di sana juga di sana banyak suara
Menyuruhku pindah bangun penggantinya
Di sini hanya di sini dalam hati
Suara cinta menutup telinga

Tempat ini terlalu nyaman untuk kutinggal

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan