NEGERIKU, KEKASIH YANG MENGKHIANATI
Kau mengenakan seragam
lalu menabrak lelaki muda
yang hanya ingin pulang dengan sepotong roti.

Bagaimana aku bisa jatuh cinta
kepada mata yang selalu merah oleh sirine?
Bagaimana aku bisa percaya
kepada parlemen yang tidur di kursinya
sementara aku terjaga oleh lapar?
Negeriku,
aku ingin mencintaimu
seperti seorang anak kecil
mencintai ayah yang pulang membawa jajan.
Namun engkau malah menabrak lelaki kecil itu
dengan roda besi
dan meninggalkannya di jalan
seperti cinta yang diputus dengan kasar.
Bagaimana aku bisa jatuh cinta
kepada seragam yang lebih cepat berlari
daripada menolong?
Bagaimana aku bisa percaya
kepada parlemen yang tak hadir
ketika rakyat menjerit di depan pagar mereka?
Negeriku,
cintaku padamu adalah luka terbuka.
Setiap kali aku menyebut namamu,
aku menelan darah sendiri.
DEMOKRASI YANG KUTEMUI DI JALAN
Aku pernah jatuh cinta pada sebuah kata: demokrasi.
Kudekap ia seperti seorang pemuda
mendekap kekasih pertamanya
dengan napas gugup dan mata bergetar.
Namun di negeriku,
demokrasi hanyalah perempuan lelah
yang dipaksa mengenakan gaun pesta
setiap lima tahun sekali
lalu ditinggalkan di lorong gelap
bersama janji-janji yang basi.