SUAKA DI DEKAT NERAKA

1,067 kali dibaca

SUAKA DI DEKAT NERAKA

Adakah yang lebih naif dari dengung yang kutempurkan
wanita membawa misi sama menolak penuh setia
paragraf demi paragraf bersaksi pada suatu masa beribu
tanda seru tumbuh seantero muka perempuan muda
aksi damai dalam pembangkangan;
kami bukan pemikat kaum papa
terlahir sebagai beban
menginjak remaja hanya dipermak bedak
dewasa sekader menunggu orang datang

Advertisements

Jangan berambisi memainkan buluk kuduk perempuan
cukup adam terinfeksi bekas jahilnya
sejak kejadian itu cinta tak lagi lewat surga
ia memilih suaka di dekat neraka

Madura, 7 November 2021.

TERBUANG DI DEPAN BUNGA BOUGENVILLE

Bila tidur suatu penghianatan, di mana bisa kutiup sendu
di tangan rindu menyepat legam
menyimak bunga bougenville yang kau pegang
adakah namaku kau tanam menjadi pupuk di depan kehidupan
yang akan kau pasang
setiap kalimat yang kau pilin dari dubur rasa berbeda
dari biasanya, sering kali membuat lidah tak berselera
entah derai apa yang menyilam
tidurku tak pernah menyahut dengan mimpimu

Sepuntung rokok telah tuntas kusirap
bayang senyum menyekat terus menghimpit badan yang susut
oleh prakiraan rukukmu  entah jatuh di mana
aku mohon relakan pantaimu dipukul gelombang
agar apa yang kuutarakan bisa kau telaah dengan tenan
jangan sampai sediakan sajian bencana sehabis memandangi
robekan surat, ia menunggu rampung oleh bisikan telingamu
yang membuat segala persoalan mudah dibuang

Radeena, besok bila kau buka jendela dan melihat
siapa yang berkencan mesra di taman, itu prototype cinta kita
yang sebenarnya subur di telaga, beberapa kali ia mengalami mati
kemudian berharap bangkit kala kakimu berjalan menuju taman
sayang kau cenderung menginjak hati dan mengigau dalam kehidupan
yang selalu menutur sunyi

Apakah salah menuang obat untuk mencicipi ramalan yang lebih komplit
labirin yang kita hampar bersama janji mulia tidakkah cukup membahagiakanmu
untuk sebulan ini, aku tak pernah bercanda apalagi menyiutkan marga yang pernah
kau buang. cinta itu berharga, menurut nenekku
semestinya betapa pun pedih luka tak sepantasnya bibir berhenti bersyair
bagi penyair, itu penutup duka paling mutakhir

Radeena, sebelum gelas nasib dipecahkan di malam pertama
dan sebelum dahan-dahan berkemas menunggu ajalnya tiba
mungkin engkau ingin mengatakan sesuatu dengan pagar terbuka
kalau tidak, beri aku sedikit waktu mencelupkan rindu
dan hanya berbuka semata denganmu
jika masih enggan, ikhlaskan fotoku beriring deretan mantanmu!

bila pilihanmu yang terakhir, aku akan mengeluh pada akar; akar tunggal,
pada serabut, pada akar gantung , akar pelekat atau pun akar napas
aku pupuk yang terbuang setelah kau pasang benih kehidupan

Madura, 6 November 2021.

DOA DI ATAS AENG KONCEH
–mbk Lip

Tangan ini yang buat kunci surga terbuka
bidadari nan pangeran menyebak seribu salam
berbaris sepanjang karpet merah muda
ada yang membisik aku berjalan di atas urat saraf suamiku
yang setiap hari kuseka aeng konceh anga`, sehangat takdirku
mencintai bau rusuknya
kutegakkan airmata seraya kucium ibu jari, di tangannya terkepal
rezeki yang belum usai disedekahkan, kusesap ujung-ujungnya

Terlalu banyak kehilangan
sebentuk cerita yang hendak disemai, mimpi yang tiba-tiba patah
takkan mengeringkan cinta yang kita basuh
buruk firasat mengoyak kepastian yang sangat panjang
tapi restu bapak ibu yang menguatkan
ini takkan tergadaikan sampai izrail menyublim pintu maut

Telah kutempelkan namamu di batu-batu arofah
deru doa dari kilang kiblat, hijir ismail dalam taubat
semua rangkuman mulai iftitah hingga salam tak satu pun tertinggal
sesungguhnya aku telah lama menyusup dalam tubuhmu
senantiasa kita menggelar pertunjukan tanpa sutradara, kesetianmu adalah
hierarki rambut rahmah binti afraim yang dikirim sebagian kepada ayyub
senyummu ialah perwujudan yusuf yang dilukis dzulaikha` pada sepaket buah
yang mengiris darah
kelembutanmu tak lain nur muhammad yang tersirat dikuncup mawar dan kusikat
sesaat malam mengglinding di selimut
“aku akan terus mencintaimu, mas. meski kutahu gelar pahlawan takkan pernah lahir
aku ingin abadi, semedi di mulutmu!”

Kelak setelah syahadatain kau rapal aku akan keluar
bersama ruh merancang pekuburan!

Madura, 2 November 2021.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan