Srikandi Literasi di Zaman Nabi

1,387 kali dibaca

Islam merupakan agama yang tak pernah surut dan tak pernah padam dalam mempropagandakan kebenaran. Hakikat kebenaran yang digaungkan oleh Islam merupakan kebenaran yang murni dari Allah, sebagaimana tertulis dalam sebuah:

هو الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق

Advertisements

Kebenaran yang dipropagandakan Islam merupakan kebenaran hakiki, baik dipandang dari syariat, epistemologi, tradisi, dan akal sehat. Rasulullah, selaku lisan pertama yang menyuarakan kebenaran Islam, mendapatkan mandat langsung dari Tuhan melalui Jibril, dan kemudian dilanjutkan secara estafet melalui lisan Sahabat Nabi, berlanjut ke para pengikut setia Sahabat yang karenanya dinamai Tabiin, dan selanjutnya oleh lisan-lisan suci yang selalu membasahi lidahnya dengan dzikir kepada Allah dan menerangi sudut ruangan kecilnya dengan lentera kecil dalam mengais serpihan-serpihan khazanah ilmu para pendahulunya.

Mereka, dan para pendahulu ini, menjaga dengan penuh keteguhan dan kejernihan akan kebenaran yang dibawa dengan sangat ketat dan selektif. Mereka mengakses kebenaran tersebut secara selektif sehingga kredibilitas pembawa kebenaran dan kebenaran yang dibawa dapat dipertanggungjawabkan. Sanad, itulah tradisi ilmiah yang luar biasa memukau yang hanya dimiliki oleh umat Muhammad saja.

Perkembangan sanad yang berlangsung sejak era Rasulullah berjalan secara manual, yakni dengan teknologi hafalan super canggih dari para imam era periode awal-awal Islam. Perkembangan sanad masa awal ini memang didominasi kaum lelaki, dan hanya sedikit sekali wanita yang meramaikan khazanah sanad kala itu.

Memang selama era klasik, laki-laki lebih memiliki peran public, sedang wanita hanya berperan di wilayah domestik. Ini merupakan adat istiadat yang berlaku kala itu sehingga populasi perempuan yang menorehkan namanya di kancah sejarah literasi keilmuan Islam jarang ditemui. Namun begitu bukan berarti tidak ada. Kala itu sudah tercatat beberapa nama yang memiliki andil besar dalam khazanah literasi Islam.

Karena itu, banyak sekali hadits sebagai sumber hukum yang turun bersamaan dengan nash al-Quran dalam konteks menjawab polemik dan problematika yang diajukan (dilatarbelakangi) para perempuan, yang selanjutnya menjadi hukum tasyri.

Ada pula beberapa nama tokoh wanita yang nampak benderang sebagai srikandi literasi kala itu. Ada yang menggoreskan namanya dalam barisan sanad hadits yang mana merupakan rujukan berbagai keilmuan yang bermuara sampai Rasulullah. Mereka adalah para ummahatul mu’minin, yakni para istri Rasulullah.

Mereka adalah para srikandi literasi yang banyak sekali menjadi mediator keilmuan sampai hukum terutama seputar hukum-hukum wanita, seperti masalah haid, adab kepada suami, talak, sampai persoalan ranjang. Mereka adalah penghubung lidah Rasulullah kepada para Sahabat Nabi terkait persoalan dapur dan ranjang Rasulullah. Mereka juga tampil sebagai sosok yang luar biasa sebagai wanita-wanita tangguh yang sanggup menemani perjuangan Rasulullah dalam membimbing umat Islam.

Selain para ummahatul mu’minin, ada pula beberapa nama yang meskipun tidak tergoreskan dalam kalam al-Quran, tetapi nama mereka tercatat dalam redaksi teks mantan hadits sebagai sebab kemunculan hadits (asbabul wurud). Ini juga berimplikasi pada sebab turunnya ayat al-Quran (asbabun nuzul).

Dia adalah Khowlah binti Tsa’labah. Khowlah merupakan wanita dengan mental tinggi dan punya keberanian yang patut diacungi jempol. Sebab, ia berani berulang kali mendesak Rasululloh agar memberikan sebuah solusi akan problematika rumah tangganya. Aus bin al-Shomit, adalah sosok pria yang menjadi tambatan hati Khowlah, yang saat itu sedang men-ziharnya. Zihar, sebagaimana epistemologi fuqaha, adalah menyamakan punggung istri dengan punggung ibunya, seperti ucapan:

أنت مني كظهر أمي

Menurut adat istiadat setempat kala itu, zihar dianggap sebagai salah satu bentuk perceraian. Telah terlontar zihar kepada Khowlah dari mulut Aus bin al-Shomit, padahal saat itu belum muncul sebuah hukum yang membahas solusi agar sebuah ikatan pernikahan bisa merekat kembali pasca-zihar. Memang, rasa cinta sejati tak akan pernah lekang oleh waktu, dan Khowlah sangat sayang pada suaminya sehingga ia mendatangi Rasul guna memberikan solusi hukum yang menyebabkan ia dapat bersatu kembali dalam simpul pernikahan.

 «حرمت عليه»

“Kamu haram terhadapnya (Aus Bin as-Shomit),” jawab Nabi.

ما طلقني

“Ia tidak menceraikanku,” bantah Khowlah berulang kali.

Jawaban Nabi tetap sama,

 «حرمت عليه»

Jawaban tersebut seakan memupuskan harapannya, namun Khowlah pantang menyerah sampai benar-benar ada solusi agar bisa bersatu kembali dengan suaminya.

Selanjutnya, Khowlah bercerita akan nasibnya yang semakin tua renta, sedang anaknya masih kecil, dan sebagainya. Sementara, ia masih sangat membutuhkan akan sosok Aus bin as-Shomit sebagai pengendali nahkoda keluarga.

Setelah berulang kali membujuk Rasul, akhirnya usahanya tak sia-sia. Segala keluhan dan kondisi yang dia alami didengar langsung oleh Allah, dan Allah menunjukkan rahma-rahimnya dengan menjawab segala keluh kesah Khowlah dengan menurunkan ayat tentang solusi dari problematika dzihar, yaitu surat al-Mujadalah:

(بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ قَدۡ سَمِعَ ٱللَّهُ قَوۡلَ ٱلَّتِی تُجَـٰدِلُكَ فِی زَوۡجِهَا وَتَشۡتَكِیۤ إِلَى ٱللَّهِ وَٱللَّهُ یَسۡمَعُ تَحَاوُرَكُمَاۤۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِیعُۢ بَصِیرٌ (١) ٱلَّذِینَ یُظَـٰهِرُونَ مِنكُم مِّن نِّسَاۤىِٕهِم مَّا هُنَّ أُمَّهَـٰتِهِمۡۖ إِنۡ أُمَّهَـٰتُهُمۡ إِلَّا ٱلَّـٰۤـِٔی وَلَدۡنَهُمۡۚ وَإِنَّهُمۡ لَیَقُولُونَ مُنكَرࣰا مِّنَ ٱلۡقَوۡلِ وَزُورࣰاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورࣱ (٢) وَٱلَّذِینَ یُظَـٰهِرُونَ مِن نِّسَاۤىِٕهِمۡ ثُمَّ یَعُودُونَ لِمَا قَالُوا۟ فَتَحۡرِیرُ رَقَبَةࣲ مِّن قَبۡلِ أَن یَتَمَاۤسَّاۚ ذَ ٰ⁠لِكُمۡ تُوعَظُونَ بِهِۦۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِیرࣱ (٣) فَمَن لَّمۡ یَجِدۡ فَصِیَامُ شَهۡرَیۡنِ مُتَتَابِعَیۡنِ مِن قَبۡلِ أَن یَتَمَاۤسَّاۖ فَمَن لَّمۡ یَسۡتَطِعۡ فَإِطۡعَامُ سِتِّینَ مِسۡكِینࣰاۚ ذَ ٰ⁠لِكَ لِتُؤۡمِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦۚ وَتِلۡكَ حُدُودُ ٱللَّهِۗ وَلِلۡكَـٰفِرِینَ عَذَابٌ أَلِیمٌ (٤).

“Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. Orang-orang di antara kamu yang menzihar istrinya, (menganggap istrinya sebagai ibunya, padahal) istri mereka itu bukanlah ibunya. Ibu-ibu mereka hanyalah perempuan yang melahirkannya. Dan sesungguhnya mereka benar-benar telah mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun. Dan mereka yang menzihar istrinya, kemudian menarik kembali apa yang telah mereka ucapkan, maka (mereka diwajibkan) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepadamu, dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. Maka barangsiapa tidak dapat (memerdekakan hamba sahaya), maka (dia wajib) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Tetapi barangsiapa tidak mampu, maka (wajib) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah agar kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang-orang yang mengingkarinya akan mendapat azab yang sangat pedih.” QS.Al-Mujādalah [58]:1-4.

Ayat ini turun sebagai jawaban atas usaha Khowlah yang kerap kali mendatangi Rosul guna mencari jawaban dan solusi atas zihar yang dia alami.

Tak hanya itu, banyak pula wanita yang namanya menghiasi hadits Nabi sebagaimana tercatat dalam musnad Ahmad bin Hanbal, bahwasanya Sayyid ah Aisah memuji wanita Anshor, ia berkata:

نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ، لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ

“Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshor, sebab tiada rasa malu (gengsi) dalam diri mereka yang menghalangi untuk belajar mendalami ilmu agama”.

Pujian tersebut terurai dari lisan mulia Aisyah saat para wanita Anshor berdatangan menemui Rasul dan bertanya tentang bagaimana cara bersuci yang baik menurut Islam.

Sungguh mulia dan luar biasa para wanita-wanita pejuang literasi kala itu. Semoga Tuhan yang maha pemurah memberikan kemurahannya kepada mereka dan menempatkan mereka di tempat yang mulia.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan