Sosok Musa dan Firaun-Firaun Masa Kini

67 views

Kisah Nabi Musa melawan penindasan yang dilambangkan melalui Firaun terus abadi. Bukan hanya karena kisahnya diabadikan dalam kitab-kitab suci, tapi tersebab perjuangan Nabi Musa sejatinya adalah perjuangan kaum lemah melawan tirani sepanjang sejarah umat manusia. Di masa kini, banyak muncul Firaun-Firaun baru, sebanyak munculnya Musa-Musa palsu.

Setiap kali nama Nabi Musa AS disebut, kebanyakan dari kita akan segera mengingat mukjizat-mukjizat dahsyat: tongkat yang membelah laut, tangan bercahaya, dan air yang memancar dari batu. Namun, jarang yang mengingat Musa sebagai pembela kaum tertindas, seorang nabi yang turun ke medan sejarah dengan membawa misi sosial dan politik yang radikal: membebaskan rakyat dari tirani, dan membangun syariat yang adil.

Advertisements

Padahal, Al-Qur’an mengangkat kisah Musa lebih banyak dari nabi-nabi lain. Bukan tanpa alasan. Perjalanan Musa menyimpan pelajaran penting yang selalu relevan, terutama ketika rakyat sedang dicekik oleh ketidakadilan dan kesenjangan.

Musa lahir dalam situasi yang getir. Ia berasal dari Bani Israil, bangsa minoritas yang dijadikan budak oleh penguasa Mesir. Firaun—yang oleh banyak sejarawan diidentifikasi sebagai Ramses II—memimpin sistem kerajaan yang otoriter, memecah-belah rakyat, dan menindas satu kelompok demi kelanggengan kekuasaannya.

Sebagai mana di dalam Al-Quran:

اِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِى الْاَرْضِ وَجَعَلَ اَهْلَهَا شِيَعًا يَّسْتَضْعِفُ طَاۤىِٕفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ اَبْنَاۤءَهُمْ وَيَسْتَحْيٖ نِسَاۤءَهُمْ ۗاِنَّهٗ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ

Artinya: Sungguh, Firaun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Firaun) termasuk orang yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qasas Ayat: 4)

Inilah awal mula misi kenabian Musa: bukan sekadar ritual keagamaan, atau rutinitas ritual belaka tetapi pembebasan umat manusia dari belenggu penindasan. Musa tidak turun sebagai seorang imam yang hanya berdakwah di mimbar, tetapi sebagai pemimpin revolusioner yang berani menghadapi simbol kekuasaan terbesar saat itu: Firaun.

Setelah menyelamatkan Bani Israil dari Mesir, Musa tidak lantas menuntut istana atau tahta. Di tengah gurun pasir, ia mengajarkan hukum-hukum Tuhan—yang dikenal dalam Taurat—untuk membangun peradaban baru berbasis keadilan.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan