Sejarah, Perempuan, dan Puisi

298 kali dibaca

Sebuah buku “berani” dengan judul Hadrah Nyai. “Kolaborasi” antara sejarah, perempuan, dan puisi, buku ini menyajikan antara fata dan fiksi. Faktanya adalah kiprah ulama perempuan untuk membangun peradaban yang islami. Sedangkan, fiksinya adalah larik liris puitika yang membangun nuansa syair yang indah dan mempesona. Disebut berani, karena penulisnya mampu membangun elaborasi historika dengan syair-syair indah dalam suatu fakta sejarah.

 

Di dalam prolognya, Dr Nur Rofi’ah, Bil.Uzm, dengan judul “Bukan di Balik atau di Belakang, tapi di Samping”, mengatakan, “Salah satu semangat zaman yang kuat menjiwai karya keren ini adalah pengakuan pada peran penting ulama perempuan….”.

Advertisements

Sebuah dialektika relaistis dalam kehidupan ini bahwa peran (ulama) perempuan tidak dapat dipandang sebelah mata. Dialektika peran perempuan di atas lirik puisi yang tidak sebagaimana biasanya. Ilmiah di atas kata-kata yang begitu indah mempesona.

Hadrah Nyai yang ditulis oleh Raedu Basha, seorang kiai muda sekaligus penyair kenamaan, merupakan buku dwilogi bersama Hadrah Kiai yang diterbitkan sebelumnya. Keberanian penulis yang bernama asli Badrus Shalih ini  adalah kolaborasi antara sejarah, perempuan, dan puisi. Sebuah realita yang dibangun di atas lirik syair yang indah. Karya fenominal yang harus diapresiasi agar menjadi cerminan kehidupan bagi generasi yang akan datang.

Salah satu ulama perempuan yang didapuk sebagai sosok yang inspirarif dalam buku ini adalah Sitti Aisyah We Tenre Olle (hal. 57). Beliau adalah perempuan yang berkalung bismillah: kalimatullah. Salah satu bagian nukilan syairnya: kalender masehi 1855 sampai 1910//duduk gagah di kursi tahta//si bayi telah dewasa bertanju kalimatullah//si perempuan menanamkan kedamaian//terbelalak mata raffles dalam keterpesonaan.

Dari kutipan syair ini diperoleh informasi bahwa Sitti Aisyah We Tenri Olle adalah seorang pemimpin (ratu) di zamannya, di singgasananya. Raffles adalah salah satu pemimpin penjajah di zaman Belanda. Itu membuktikan bahwa perempuan di masa penjajahan memiliki peran yang signifikan untuk memperjuangkan martabat kemerdekaan.

Di akhir buku yang diterbitkan oleh Ganding Pustaka Yogyakarta ini, ada catatan akhir dengan judul “Semacam Epilog untuk Antologi Hadrah Nyai” ditulis oleh Dr KH Aguk Irawan MN. Catatan ini menyoroti buku Hadrah Nyai secara umum. “Sejarah, ulama perempuan, dan puisi, saya kira sesuatu yang amat berjarak dan terpisah, tetapi tidak demikian dalam buku Hadrah Nyai karya Raedu Basha ini.” Aguk Irawan menyoroti bahwa perempuan memiliki peran dan predikat yang tidak kalah dengan laki-laki.

Aguk Irawan memberikan catatan sejarah bahwa istri Rasulullah SAW, Siti Khadijah, adalah sosok perempuan yang tiada tandingannya. Peremuan mulia ini memberikan segalanya untuk perjuangan Muhammad. Bahkan, perempuan yang kaya raya ini di akhir hidupnya menjadi miskin karena semua hartanya digunakan untuk perjuangan suaminya, Muhammad SAW.

Hadrah Nyai telah menjadi bagian yang tak terisahkan untuk meyakinkan pembaca bahwa antara laki-laki dan perempuan tidak ada sekat posisi maupun hirarki kehidupan. Perempuan, menurut  Nur Rofi’ah dalam prolognya bukan di depan atau di belakang, tetapi di samping. Berdampingan, berusaha bersama-sama untuk membangun peradaban kehidupan yang berkebaikan. Wallahu A’lam! 

Catatan:

Saat membaca bagian pertama Hadrah Nyai, hati saya sudah menghangat dan berdebar. Mungkin karena saya menyakini bahwa setiap karya selalu mencerminkan semangat zamannya. Salah satu semangat zaman yang kuat menjiwai karya keren ini adalah pengakuan pada peran penting ulama perempuan di panggung kehidupan umat, …. (Dr. Rofi’ah, Bil.Uzm; Ulama Perempuan)

Hadrah Nyai, bersama Hadrah Kiai, telah membongkar teks dan persepsi publik dominan dan tak adil dalam melihat relasi dan kontribusi nyai-kiai (Prof Dr Djoko Saryono, Guru Besar Sastra Universitas Negeri Malang).

Kita diajak Hadrah Nyai untuk menziarahi nama-nama perempuan masyhur yang terang benderang sebab ilmunya, dari utara ke selatan, dari timur ke barat, syahdu (Kalis Mardiasih, Aktivis Perempuan).

Identitas Buku

Judul : Hadrah Nyai Kumpulan Puisi
Penulis : Raedu Basha
Penerbit : Ganding Pustaka Yogyakarta
Cetakan : Pertama, Juni 2022
ISBN : 978-602-6505-64-4.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan