Saya Siap Menjadi Wahabi (Lingkungan)

Saat ini isu tentang pertambangan nikel di Raja Ampat semakin menjadi-jadi. Apalagi banyak dari tokoh yang mulai angkat suara terkait isu tersebut. Banyak yang memilih di posisi pro maupun kontra.

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya isu ini. Sudah banyak informasi yang berseliweran tentang aktivitas pertambangan yang mulai merambat ke pulau-pulau kecil di sekitar Raja Ampat. Informasi ini dikemukakan oleh masyarakat sekitar, lembaga swadaya, media arus utama, hingga media alternatif.

Advertisements

Meskipun pemerintah pusat telah melakukan tindakan inisiatif dengan mencabut empat dari lima izin tambang, namun nampaknya usaha tersebut tidak mampu membuat masyarakat puas.

Memang, pertambangan nikel berpotensi meningkatkan pendapatan negara. Namun, laporan dari Greenpeace Indonesia telah terjadi kerusakan parah yang diakibatkan oleh aktivitas tambang di Morowali, baik terhadap lingkungan maupun masyarakat.

Penduduk setempat di Morowali harus menghadapi ancaman Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) karena paparan badai debu yang terus-menerus.

Studi lebih lanjut mengenai dampak nikel di beberapa pulau seperti Obi (Halmahera Selatan) dan Kabaena (Sulawesi Tenggara) mengungkapkan adanya ancaman kesehatan serius bagi warga. Bahkan, kadar nikel dalam urine masyarakat ditemukan melebihi batas toleransi yang aman bagi tubuh manusia.

Salah satu figur yang cukup dikenal, khususnya oleh masyarakat nahdliyin, Gus Ulil Abdallah, pun juga ikut buka suara terkait isu ini.

Namun yang membuat banyak orang terheran-heran, khususnya kaum nahdliyin, adalah statemennya dalam salah satu acara TV (12/7/25). Pasalnya, ada istilah baru dari beliau yang ditujukan bagi mereka yang memiliki sikap kontra terhadap pertambangan nikel di Raja Ampat, yakni “wahabi lingkungan”.

Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh pihak stasiun TV, Gus Ulil dihadapkan dengan seorang aktifis lingkungan (Greenpeace), Iqbal Damanik. Di situ, Gus Ulil melebeli Iqbal sebagai “wahabi lingungan”.

Beliau melihat sikap Iqbal, sebagai aktifis lingkungan, tak jauh beda dengan sikap kaum Wahabi yang sangat tekstual dan puritan. Menurutnya, antara “peduli lingkungan” dan “wahabi lingkungan” itu jauh berbeda. Wahabi lingkungan adalah mereka yang menganggap alam adalah suatu entitas yang tak boleh diotak-atik (baca: dimanfaatkan)

Banyak pihak yang kecewa dengan sikap Gus Ulil ini, termasuk saya pribadi. Di saat pemerintah telah menjadikan pertambangan sebagai  prioritas dan menomorduakan aspek ekoligis dan nasib masyarakat lokal, para tokoh, khususnya tokoh-tokoh agama, diharapkan mau menjadi kolega masyarakat untuk bersama-sama mengingatkan pemerintah tentang dampak negatif yang ditimbulkan dari proyek tersebut.

Namun, Gus Ulil malah berbelok seratus delapan puluh derajat dari yang diharapkan masyarakat, dan malah melebeli mereka yang memilih di posisi kontra dengan lebel “wahabi lingkungan”.

Meskipun dalam praktik beragama saya adalah seorang ahlu as-sunah wa al-jama’ah, namun kali ini, dalam hal membela Raja Ampat dan para aktifisnya, saya rela menerima lebel “wahabi lingkungan” dari Gus Ulil.

Sumber foto: Greenpeace.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan