Santri dan Gitaris Slank

1,426 kali dibaca

Apa yang pertama kali mampir di benak ketika mendengar kata santri? Menyeramkan, metakutkan, terasingkan, semua tercampur aduk menjadi satu? Padahal, kenyataannya tidak seperti itu. Di pondok pesantren, seorang santri justru bisa mendapatkan banyak hal, banyak pengalaman. Seperti ketika saya pertama kali menginjakkan kaki di pondok pesantren; rasanya juga seperti itu.

Tetapi, lambat laun semuanya berubah. Hari demi hari saya lalui ternyata tidak semenyeramkan apa yang saya bayangkan sebelumnya. Karena, di pondok pesantren saya tetap bisa melakukan berbagai aktivitas dan kreativitas. Bahkan bisa menyalurkan hobi saya, yaitu bermusik.

Advertisements

Saya memang sangat menyukai musik, bermain alat musik. Dan saya sangat ingin mengembangkan bakat saya dalam bermusik dan dunia tarik suara. Alhamdulillah, pondok pesantren saya justru menyediakan fasilitas tersebut sehingga saya bisa menyalurkan dan mengembangkan bakat.

Hobi dan bakat saya memang berhubungan dengan lantunan nada-nada indah. Semua pernah saya cicipi. Mulai dari vokal hadroh, marawis, musik akustik, bahkan juga nge-band. Semua itu saya cicipi karena memang kegemaran saya adalah bernyanyi. Bahkan, saya juga pernah menjadi perwakilan pondok pesantren pada Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) dan Musabaqah Hafidz Quran (MHQ).

Dari semua bidang yang pernah saya ikuti, alhamdulillah dengan izin Allah, semua membuahkan hasil. Saya bisa mengharumkan nama baik pondok pesantren dalam dunia santri. Dan bukan itu saja, bakat saya pun semakin terasah dengan adanya wadah seperti ini. Bahkan, saya juga pernah berduet dengan Ridho Hafiedz, gitaris Slank.

Selain hobi, pertemanan di pondok pesantren bisa dibilang cukup erat. Mengapa seperti itu? Karena di pondok pesantren saban hari kita bertemu dengan teman-teman kita. Walaupun kadang kala membosankan, tetapi hal iniliah yang membuat pertemanan cukup erat karena merasa seperti keluarga sendiri. Sehingga, jika terjadi suatu masalah bisa diselesaikan secara baik-baik dan juga kekeluargaan.

Begitu pula dalam kisah asmara. Kisah asmara santri sering unik. Bagaimana tidak? Sebagai pria, misalnya, saya biasanya percaya diri dan biasa saja bila bertemu cewek di tempat-tempat umum. Namun di pesantren beda situasinya. Saya sebagai santri putra justru malu jika bertemu santri putrid di lingkungan pondok, apalagi jika bertemu santri putri yang disukai. Bahkan, saya juga pernah mendapat teriakan-teriakan dari santri putri ketika selesai tampil dalam sebuah acara. Bila sebagian orang merasa senang, hal itu justru membuat saya malu. Dan selain itu, santri juga cukup unik dalam menyampaikan perasaan. Biasanya disampaikan lewat surat dengan lipatan yang cara melipatnya telah menjadi rahasia umum di kalangan santri.

Di balik romantika hidup di pesantren, kita akan mendapatkan ilmu-ilmu dan banyak pengalaman yang sangat bermanfaat. Selain ilmu agama seperti kitab-kitab kuning dan juga nahu- saraf, atau mendalami dan menghafal al-Quran, kita juga mendapatkan ilmu-ilmu yang lain, seperti pelajaran pada umumnya. Dan tidak lupa juga, dari semua itu yang terpenting adalah ilmu tentang pengalaman. Pengalaman menjadi santri yang tidak mudah namun takkan pernah terlupakan.

Itulah sekelumit cerita saya hidup di pesantren.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan