Ini kisah tentang Salma dan micinnya. Lebih tepatnya tentang seorang khadimah dan bumbu masaknya. Sumber cerita dari kisah yang sudah terjadi sepuluh tahun lalu tak lain adalah di empunya cerita, Salma, dan seorang santri putrid lain, Widad El Harizah.
Sebagai orang yang pernah mondok selama sepuluh tahu, dengan perincian 8 tahun di Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubri dan 2 tahun di daerah Kusuma Bangsa Sumenep, penulis mempunyai banyak sekali cerita menarik perihal kehidupan santri putrid. Cerita-cerita itu masih segar dalam ingatan, ditambah lagi adanya sosial media yang telah menjamur, hingga mempertemukan penulis dengan banyak sekali alumni untuk menjalin komunikasi lewat grup-grup percakapan semisal WhatsApp dan Telegram serta media sisoal lainnya seperti Facebook, Twitter, dan Instagram bahkan di kanal Youtube.
Hingga suatu hari, Jumat 13 Agustus 2001, secara tidak sengaja penulis bertemu dengan kakak senior di kanal Facebook bernama Salma. Banyak teman seperti Widad, Alya, dan Tien memberikan komentar (comment) di postingan penulis sambil me-mention Salma —yang menggunakan nama berbeda di akun Facebook. Lalu terjalinlah komunikasi dengan penulis hingga sampai pada permintaan izin penulis untuk menulis kisah kocak Salma di zaman mondok dulu.
Siapa yang tidak tahu Salma. Sebab, dia merupakan salah satu khadimah, sebutan untuk santri yang hampir 24 jam bantu-bantu pengasuh (masuk dalem). Mulai dari masak, menyuci pakaian, dan lain sebagainya, ia lakukan bersama rekan-rekannya yang lain dengan nyaris sempurna.
Selain pembawannya yang ramah, humoris dan bersuara nyaring, dia suka memberikan makanan kepada santri-santri lain. Hal itu tentu menarik perhatian santri, terutama santri baru untuk mengajaknya berkenalan dan berteman dekat dengannya, termasuk penulis.
Biasanya, sekitar jam 4.30 pagi suaranya sudah terdengar melengking seakan-akan sengaja membangunkan santri yang masih terkantu-kantuk sehabis melaksanakan salat subuh berjamaah dan mengaji Al-Quran dan kitab-kitab lainnya.
Sepertinya pengalaman ini tidak akan pernah terlupakan hingga akhir hayat. Ups,,,,
he he…