RIWAYAT EMBUN, BUNGA, DAN BIBIR TUA
: Quraish Shihab
telah jatuh
sebutir embun dari ujung daun
menetes pada kening keriputmu
lalu kami yang meresapi dingin
mata hati permata bening
bunga mekar
kaupetik dari dahan firman
kupu-kumbang saling berebutan
kala kau tabur kelopak
dan putik-putiknya ke ulu jiwa
kulihat tubuh huruf-huruf wahyu
lama kerontang di tepi waktu
setetes embun
menjadi sungai deras tafsirmu
kami tak cukup lautan menyiapkan muara
bunga mekar
seketika mengaroma dari getar-getar bibir tua
kami sibuk berebut kelopak dan putik
sehingga tak sempat menghirup wanginya
udara bertiup sepoi dari sela ayat-ayat
menyelinap dalam pejam diammu
kau buka mata, lentera—Tafsir Al-Misbah—menyala
menerangi para musafir yang terlunta
kami, yang berjalan dalam gelap dunia
getar-getar bibir tua mengeja
suaranya menerabas bulu kuduk dan isi dada
huruf-huruf yang pernah keropos alifnya
karat dua lam-nya kering ha-nya
kini bergerak-begerak
dalam denyut dalam detak
ladang tandus isi kepala
kemudian humus jua
huruf huruf tumbuh
seperti pohon dalam ruh
ada trembesi ada jati
ada hamparan padi
lalu kami menafsirkan kembali
apa yang pernah bergetar
pada tetes embun pada bunga mekar
saat bibir tua merangkai lafal