Relevansi Konsep “Kelas Tiga Dinding”

1,929 kali dibaca

Ki Hajar Dewantara yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia mewariskan tiga ajaran yang dikenal hingga sekarang, yaitu Ing Ngarsa Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani.

Tiga ajaran tersebut dapat dimaknai sebagai “menjadi seorang pemimpin yang memberikan suri teladan, seorang yang sibuk namun mampu memberikan dorongan semangat, dan seseorang yang mampu memberikan dorongan moral di belakang”. Selain mewariskan tiga ajaran tersebut, Ki Hajar Dewantara juga mewariskan ide “Kelas Tiga Dinding” yang menjadi ciri khas dari sebuah pendidikan.

Advertisements

Ki Hajar Dewantara sangat menekankan pentingnya pendidikan sebagai kebutuhan hidup anak-anak. Pendidikan bagi anak-anak adalah tongkat yang menuntun mereka ke jalan kebaikan, yang nantinya mampu memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat umum. Urgensi pendidikan inilah yang menjadikan Ki Hajar Dewantara menggagas beberapa konsep untuk mensejahterahkan pendidikan di Indonesia.

Konsep “Kelas Tiga Dinding” mungkin agak aneh bagi kita. Karena, seperti kebanyakan kelas, tersusun atas empat dinding yang berbentuk persegi ataupun persegi panjang. Sehingga membentuk satu bangunan utuh yang ditempati banyak orang. Namun, makna kelas tiga dinding yang dilontarkan Ki Hajar Dewantara tidak untuk diterjemahkan secara eksplisit saja, namun harus digali makna lebih dalam untuk menemukan arti relevan.

“Kelas Tiga Dinding” yang digambarkan oleh Ki Hajar Dewantara mempunyai makna keterbukaan ilmu. Di mana, kelas yang dibangun atas tiga dinding akan menyisakan satu sisi yang kosong. Celah inilah yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh peserta didik untuk menengok hal-hal lain di luar sekolah. Celah ini pula yang nantinya menjadi dunia penghubung antara dunia sekolah dan dunia di luar sekolah. Sehingga pengetahuan yang didapatkan oleh peserta didik menjadi seimbang.

Ki Hajar Dewantara benar-benar menginginkan agar peserta didik tidak hanya terfokus perhatiannya oleh dunia pendidikan di dalam kelas. Sebab, walau bagaimanapun, ilmu yang mereka dapatkan di dalam kelas, perlu diaplikasikan ataupun dikombinasikan dengan realita di luar kelas. Peserta didik perlu mempelajari realitas yang ada di lingkungan mereka, sehingga apabila mereka lulus dari lembaga pendidikan, mereka mampu menjadi sosok tangguh dan cerdas untuk memperbaiki kondisi sosial yang kurang sesuai.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan