Ramadan dan Nilai Berbagi

1,095 kali dibaca

Sebagai perwujudan mensyukuri nikmat Allah, berbagi di bulan suci Ramadan adalah sebuah keniscayaan. Allah berfirman, “Jika kalian bersyukur, maka Aku tambahkan (nikmat), tetapi jika kalian ingkar (tidak bersyukur), ketahuilah bahwa siksaku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).

Berbagi adalah perbuatan yang dianjurkan di dalam hubungan sosial. Karena, dengan cara ini kita dapat meringankan beban saudara kita yang lain. Atau dengan cara berbagi, kita dapat menjalin hubungan yang semakin erat satu sama lain. Hubungan kemanusiaan yang seharusnya tetap terjaga untuk membentuk ekosistem sosial yang semakin solid. Berbagi adalah salah satu wadah untuk semakin mempererat tali kekeluargaan. Dan berbagi akan semakin “menambah” harta yang kita punya.

Advertisements

Apa yang harus kita bagi? Ada banyak hal yang bisa kita bagikan kepada orang lain. Berbagi senyum pun adalah termasuk ibadah. Berbagi harta kekayaan dan berbagi ilmu juga bagian dari hikmah yang harus diupayakan dalam kehidupan ini. Memperbanyak berbagi hal-hal yang bermanfaat kepada orang lain merupakan bagian dari nikmat Ramadhan.

Berbagi status? Kenapa tidak! Asalkan status yang kita tulis, dan kemudian dibagikan, di beranda FB, Instagram, Twitter, WA, dll mengandung manfaat dan tidak melukai perasaan orang lain. Ini termasuk perbuatan positif. Menulis hal yang dapat memberikan manfaat, baik untuk diri sendiri atau orang lain, adalah salah satu jalan menuju kebaikan. Menulis adalah langkah terindah untuk membangun hubungan yang masif dengan orang lain.

Bacalah! Dan Tuhanmu Yang Maha Mulia mengajar dengan (perantaraan) pena/tulisan.” (QS. Al-Alaq: 3-4).

Berikut ini beberapa manfaat dari berbagi. Berbagi yang didasari oleh keikhlasan semata karena Allah.

Membangun Tali Persaudaraan

Tidak bisa dimungkiri bahwa dengan berbagi berarti kita telah membangun tali persaudaraan. Tali silaturrahmi semakin erat dan semakin intens ketika berbagi itu sudah menjadi suatu kebiasaan. Persaudaraan terbangun dengan sendirinya, ketika realitas berbagi telah terjadi di dalam sebuah media sosial.

Dalam banyak hal, dalam beberapa pilihan berbagi pada dimensi kebaikan, berbagi menjadi sebuah aspek sosial yang akan membangun hubungan horizontal. Hubungan personal akan semakin membaik dan terbentuk aspek etika sosial.

Mendekatkan Diri Kepada Allah

Orang-orang yang menginfakkan hartanya di waktu malam dan siang secara sembunyi dan terang-terangan maka mereka mendapat pahala dari Tuhannya. Maka tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak ada berduka cita bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah: 274).

Berbagi adalah bagian dari ibadah. Memberikan harta benda yang kita punya, ataupun dalam bentuk non-material yang diberikan secara tulus, akan mendekatkan diri kepada Allah. Kedekatan yang dimaksud adalah bahwa dalam hal memberi diharuskan adanya rasa ikhlas. Bukan sebentuk pemberian dengan pamrih berharap lebih setelah terjadinya pemberian itu sendiri. Sebab, berharap lebih dari sebuah pemberian tidak akan memberikan efek taqarrub kepada Allah. Karena berbagi dengan cara tersebut tidak didasari ketulusan atau keikhlasan.

Sehubungan dengan ayat tersebut, berinfak (berbagi), baik di waktu malam dan siang, atau dalam keadaan sembunyi atau terang-terangan, di dalam tafsir Alqurtubi maupun tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Ali Bin Abi Thalib mempunyai uang 4 dirham. Sebanyak 1 dirham diinfakkan di waktu siang, 1 dirham diinfakkan di waktu malam, 1 dirham diinfakkan dengan cara diam-diam, dan 1 dirham yang terakhir diinfakkan dengan cara terang-terangan. Kesemuanya dalam transaksi berbagi tersebut mendapatkan pahala dari Allah.

Bahkan, sebagai pembelajaran, jika kita tidak bisa berlaku ikhlas, berbagi masih akan mendapat nilai lebih, berupa makna sosial di antara sesama. Tetapi, keikhlasan akan menyempurnakan nilai sosial dalam berbagi.

Harta Simpanan Akhirat

“…Gembirakanlah orang-orang yang taat, yaitu orang yang apabila disebut nama Allah maka bergetar hatinya dan orang yang bersabar atas apa yang menimpanya serta orang yang mendirikan shalat dan orang yang menginfakkan sebagian rizkinya yang Kami berikan kepadanya.” (QS. Al Hajj: 34-35).

Taat adalah sifat yang akan berdampak pada kehidupan yang lebih kekal. Yaitu, kehidupan abadi di akhirat nanti. Bagi orang-orang yang suka berbagi, akan melahirkan karakter taat yang akan dibawa ke hadirat Allah.

Berbagi bermakna sebagai simpanan kebaikan yang hikmahnya akan kita rasakan ketika di akhirat nanti. Di hadapan Allah, pahala kebaikan berbagi akan kita dapatkan. Semakin banyak hal (kebaikan) yang kita bagi kepada yang memerlukan, maka akan semakin banyak pula harta simpanan kita di akhirat kelak.

Membentuk Perekonomian Syari

Berbagi juga membangun persatuan sosial di bidang ekonomi. Dengan cara ini, keseimbangan ekonomi akan dirasakan oleh semua kalangan. Mereka yang berharta memberikan sebagian hartanya kepada orang lain. Dengan cara berbagi terdapat makna kesinambungan di dalam logika perekonomian.

Seharusnya, kehidupan di dunia ini berjalan berimbang. Kesetaraan hidup dapat dipenuhi jika keadaan ekonomi rata-rata. Dengan berbagi, maka kesetaraan akan semakin berkualitas. Setidaknya, yang kaya bisa merasakan perasaan yang miskin, dan yang miskin sedikit banyak merasakan harta orang kaya.

Melatih Keikhlasan Hati

Berbagi juga melatih hati dan nurani untuk berbuat semata-mata karena Allah. Untuk saling mengasihi dengan cara berbagi, tidak perlu menunggu kaya. Kekayaan tidak menjadi jaminan untuk menjadi dermawan. Karena senang berbagi merupakan karakter personal yang bisa datang dari orang yang biasa-biasa saja.

Di acara Kick Andy, diekspose orang-orang yang hebat dalam kemanusiaan. Mereka bukan orang kaya. Bahkan, untuk kehidupan diri dan keluarganya pun mereka harus rela hidup dalam kesederhanaan (baca: kekurangan). Tetapi mereka tetap berbagi kepada yang membutuhkan. Ya, itu tadi, berbagi bukan karena kekayaan tetapi terletak pada karakter pribadi untuk tetap berbagi dalam kondisi apa pun.

Secara ekonomi saya memang kekurangan. Tetapi dengan cara berbagi, hati saya menjadi puas dan senang,” demikian alasan mereka dalam berbagi, sungguh begitu mulia.

Di Bulan Ramadhan, berbagi memperoleh porsi yang lebih. Karena, di bulan ini segala bentuk amaliah ibadah mendapat balasan yang berlipat ganda.

Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi .’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Wallahu A’lam bis Shawab!

Madura, 04 Ramadan 1442 H.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan