Puasa dan Ziarah Kemanusiaan

767 kali dibaca

Pada dasarnya, ibadah puasa di bulan Ramadan bukan hanya semata-mata kenikmatan spiritual antara seorang hamba dengan Tuhannya. Lebih dari itu, ibadah puasa juga erat kaitannya dengan dimensi sosial kemasyarakatan. Di mana manusia juga tidak bisa lepas dari kehidupan yang mengarah pada aspek sosial, karena selain manusia sebagai homo religious, satu sisi juga diciptakan sebagai makhluk sosial.

Ada banyak manusia hari ini yang justru hanya mengandalkan kedalaman spiritualitas dalam menjalani keintiman dengan Tuhannya. Pada titik ini, terkadang lupa terhadap ruang sosial yang justru dalam agama sangat ditekankan oleh Allah. Seperti, bagaimana kita diwajibkan untuk terus berbuat baik terhadap orang lain, memberikan sebagaian kekayaan, bersikap ramah dan penuh dengan kasih sayang. Anjuran-anjuran semacam ini sering kita dengar dalam pengajian-pengajian keagamaan dan ruang-ruang diskusi. Tapi, dalam tahap implementasi masih belum banyak yang melakoni.

Advertisements

Puasa merupakan ruang di mana kita diajarkan untuk berhenti sejenak, agar merenungi kebesaran Tuhan, pada fase inilah tidak patut bila masih mengandalkan egoisme dalam bertindak.

Sebagaimana yang ditulis oleh Muhammad Nasib ar-Rifa’I dalam Ringkasan Tafsir Ibnu Kasir, bahwa puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan berjimak, tentu harus disertai dengan niat yang ikhlas kepada Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung, karena dalam ibadah puasa mengandung manfaat bagi kesucian, kebersihan, dan kecemerlangan diri dari percampuran dengan keburukan dan akhlak yang rendah.
Kesucian dan kebersihan ibadah puasa ialah suci dan bersih dari perilaku yang mengurung manusia dari sifat rakus, dengki, dan sombong kepada Tuhan dan makhluk ciptaan-Nya. Buya Hamka juga menegaskan bahwa puasa adalah upaya pengendalian diri seorang hamba terhadap dua syahwat dirinya, yaitu syahwat seks dan syahwat perut yang bertujuan mengekang nafsu. Keberhasilan dari pengendalian diri tersebut justru akan mengangkat tahapan yang ditempuh sebagai hamba di muka bumi.

Bagi manusia sebagai makhluk yang berada di antara posisi malaikat dan binatang, sangat diperlukan adanya suatu jalan untuk mengendalikan nafsu supaya tidak terjerumus pada pola sifat kebinatangan. Jalan itu adalah ibadah puasa, karena dengan menjalani laku puasa kita akan terhindar dari sifat-sifat yang merusak alam semesta.

Saya kira, di sinilah waktu yang tepat untuk merawat kemanusiaan. Puasa tidak bisa hanya dipahami sekadar memenuhi kewajiban semata, tanpa perenungan yang dalam dan mencoba untuk meresapi hikmah dari ibadah puasa, sehingga hasilnya hanya sebatas lapar dan haus.

Bulan Ramadan yang penuh dengan hikmah dan makna, didambakan bisa menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan. Pemahaman akan nilai-nilai puasa dalam dimensi kemanusiaan akan membawa kita pada kemapanan dalam bersikap antara satu dan yang lainnya.

Puasa dengan sendirinya memberikan pelajaran bagi umat Islam untuk merasakan kesulitan orang lain, dari sana diharapkan bisa muncul rasa kepedulian terhadap sesama. Ada semacam getar belas kasih pada kaum miskin yang selama ini hampir tidak dilihat. Sehingga ada kesadaran dan dorongan untuk melaksanakan zakat, infak, dan sedekah.

Ketika kita belum sepenuhnya bisa menghayati kemanusiaan dalam pertarungan melawan hawa nafsu, maka yang kita lihat sehari-hari adalah ketimpangan yang semakin mencekam. Mereka yang posisinya di atas, berbondong-bondong untuk membeli persediaan buka puasa sedemikian rupa, tetapi abai pada mereka yang berada di sepanjang jalan yang tidak menikmati sebungkus nasi dari kemarin, misalnya. Lebih-lebih jika bulan puasa hanya penundaan terhadap jam makan, karena ketika waktu buka puasa semua menu makanan di meja dilahap habis.

Dengan demikian, kita diajak untuk menelusuri lebih dalam makna bulan puasa dalam aspek kemanusiaan, agar mampu melatih rasa persaudaraan dan mengasah kepekaan terhadap situasi sosial masyarakat. Selain itu, bisa belajar menolong orang lain bukan hanya di bulan puasa, tetapi pola-pola gerak kemanusiaan yang dibangun bisa terus berlanjut pada kehidupan setelah bulan puasa.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan