Polarisasi Politik dan Nasib Ukhuwah Islamiyah Masa Kini

1,235 kali dibaca

Islam datang sebagai agama rahmatan lil’alamin artinya sebagai rahmat untuk seluruh alam. Namun, ada saja pihak yang kini seakan-akan sebagai muslim sejati, tetapi perilakunya tak menampakkan sebagai insan yang penuh dengan kasih dan sayang.

Agama kini seakan menjadi alat politik untuk mencari pembenaran dari beragam tindakan-tindakan yang sebebanya jauh dari norma agama. Tahun-tahun mendekati musim pemilu selalu saja umat Islam di Indonesia dibenturkan antara yang satu dengan yang lain. Contoh besar adalah di Pemilu 2019 yang dipenuhi dengan framing akan banyak isu-isu tentang kelamnya hak asasi manusia yang melibatkan Prabowo Subianto dan isu keturunan PKI yang ditujukan kepada Joko Widodo yang ketika bertarung dalam pemilihan presiden.

Advertisements

Menurut penenelitian yang dilakukan Layla Farida dan M Gafar Yoedtadi dalam jurnal yang berjudul “Politik Identitas dalam Pemilihan Presiden 2019” (Analisis Framing Pemberitaan Kampanye Pilpres 2019 pada Medcom.id), banyaknya pemberitaan yang mengandung isu politik identitas selama masa kampanye Pilpres 2019 pada media massa merupakan salah satu hal yang perlu dievaluasi. Sebab, hal tersebut tidak sesuai dengan fungsi media, seperti yang dikatakan oleh Agus Sudibyo selaku anggota Dewan Pers. Menurutnya, masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya.

“Tanpa disengaja, media itu menjadi alat sebagai kepanjangan tangan dari para aktor politik, tanpa disengaja. Nah, itu yang harusnya dievaluasi, karena media itu sebenarnya tidak boleh menjadi sarana siapapun kecuali sarana publik untuk mendapatkan kebenaran.” (Layla Farida, M Gafar Yoedtadi, 2019)

Politik identitas dengan agama disertai framing akan beragam isu yang tak jelas kebenarannya membuat umat Islam kian terbelah. Tak hanya soal pilihan politik saat pilpres, pilkada, ataupun pemilu yang saat ini mengakibatkan munculnya istilah Cebong dan Kampret, buzzer, dan kadrun.

Narasi tersebut semakin mempolarisasi bangsa kita di ujung jurang perselisihan. Bagaimana tidak, musim demokrasi dengan pemilihan seorang pemimpin bukan malah memperkuat rasa ukhuwah atau persaudaraan kita sebagai sesama umat Islam tetapi, malah merongrong keutahan kesatuan negara Indonesia dengan yang lebih parah.

Merajut Ukhuwah islamiyah

Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk beragam kebutuhan. Jika memahami konteks sebagai makhluk sosial, maka tak selayaknyalah mengkotak-kotakkan manusia hanya dalam persamaan atau oerbedaan pandangan dan pemikian.

Kita sebagai umatnya Nabi Muhammad selalu diajarkan tasamuh, bertoleransi terhadap semua pihak yang memiliki perbedaan akan sebuah gagasan. Toleransi adalah suatu istilah untuk menjelaskan sikap saling menghormati, menghargai, dan kerja sama di antara kelompok masyarakat yang berbeda baik secara, budaya, bahasa, etnis, politik, maupun agama. Karena itu, toleransi hal yang agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama, termasuk agama Islam. (Muhammad Sabir, 2021)

Ajaran toleransi ini seakan menjadi jawaban dengan beragam fenomena keterbelahan potensi pandangan masyarakat di tengah semakin dekatnya pesta demokrasi Indonesia pada 2024. Jika semua pihak mau memahami secara dalam konsep toleransi ini, niscaya minim bahkan tak ada aksi kekerasan yang dilakukan terhadap umat manapun.

Ada fenomena, sebagian kelompok dengan kerasnya sering menyebut-nyebut adanya Islamophobia atau ketidaksukaan atau ketakutan yang tidak masuk akal dan prasangka terhadap Muslim atau Islam. Namun, secara tak sadar mereka menampakkan diri sebagai muslim yang beringas dan membabi buta, melakukan kekerasan terhadap sesama manusia, bahkan yang juga sama-sama muslim.

Karena itu, konsep ukhuwah islamiyah haruslah diperkuat dengan paham toleransi dan diterapkan lebih masif kembali dalam lingkungan sosial yang ada, dan memahami maknanya secara luas, tidak secara sempit belaka, agar kejadian penistaan, pelecehan, kekerasan beragama dan perilaku terlarang lainnya tak terulang lagi di bumi pertiwi Indonesia.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan