Percikan Cahaya Sufi (2): Ibrahim bin Adham dan Kebun Delima

3,066 kali dibaca

Ibrahim bin Adham sebagai seorang sufi sudah masyhur ke seantero jagat. Maka mengalirlah percikan-percikan hikmah dari jejak sejarahnya, dan terus memancar di alam keberkatan. Membaca percikan hikmah dari seorang sufi akan memberikan keberkatan tersendiri untuk dijadikan ibrah dan keteladanan. Karena dengan demikian kita dapat melihat nilai-nilai kebaikan untuk diaplikasikan dalam kehidupan.

Pada suatu ketika, Ibrahim bin Adham menjadi penjaga kebun delima seorang saudagar kaya. Sebagai seorang penjaga, Ibrahim bekerja dengan penuh dedikasi dan berusaha untuk menjaga amanah. Karena tugas seorang penjaga adalah bagaimana kondisi yang dijaga dalam keadaan aman dan tidak terjadi masalah yang dapat merugikan pemilik kebun.

Advertisements

Hingga pada suatu waktu, pemilik kebun itu meminta Ibrahim bin Adham untuk mengambilkan sebuah delima yang ranum dan manis.

“Tolong ambilkan aku delima yang manis,” demikian pemilik kebun yang kaya itu menyuruh Ibrahim untuk mengambilkan delima yang manis.

“Baiklah,” jawab Ibrahim sambil beranjak ke arah kebun. Akan tetapi setelah diberikan kepada saudagar tersebut ternyata delima itu terasa kecut. Maka ia pun menyuruh Ibrahim kembali untuk mengambil yang lainnya. Ibrahim pun memenuhi permintaan tuannya. Akan tetapi setelah kembali dicicipi ternyata buah delima itu tetap kecut.

“Sekian lama kau menjadi penjaga kebun, tidak dapat membedakan mana delima yang manis dan kecut?” demikian pemilik kebun itu berkata heran kepada Ibrahim. Tetapi apa jawab Ibrahim bin Adham?

“Saya ini bertugas sebagai penjaga, bukan ditugaskan untuk mencicipi delima,” jawab Ibrahim tegas.

Akhirnya pemilik kebun itu sadar dan meyakini bahwa Ibrahim bin Adham adalah seseorang yang jujur dan amanah. “Engkau adalah pemegang amanah, saya yakin itu. Karena tidak ada orang yang sanggup bekerja sebagaimana yang telah engkau lakukan.”

Itulah percikan cahaya sufi dari Ibrahim bin Adham. Memegang amanah sekalipun dengan ujian yang berat. Bagi orang kebanyakan, bekerja di sebuah kebun buah-buahan dapat dipastikan akan mencicipi buah tersebut. Tapi bagi Ibrahim hal tersebut adalah tabu dan tidak dilakukan. Karena tugas menjaga kebun bukan mencicipi apalagi makan buah dari hasil kebun itu sendiri.

Hikmah yang dapat kita ambil dari kisah Ibrahim bin Adham ini adalah bahwa amanah harus dipertanggung-jawabkan, baik di dunia maupun di akhirat. Melanggar amanah (khianat) adalah sebuah perbuatan dosa yang akan mendapat balasan setimpal pada saatnya nanti. Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa tidak amanah merupakan tanda-tanda dari orang munafik.

Rasulullah saw bersabda, “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari, dan jika diberi amanah mengkhianati.” (HR Bukhari dan Muslim).

Wallahu A’lam bis-Showab! 

Multi-Page

Tinggalkan Balasan