Peran Pesantren dalam Menyiapkan Pemimpin Masa Depan

502 kali dibaca

Semakin banyaknya pondok pesantren dengan konsep yang modern dan menyediakan fasilitas pendidikan lengkap menambah alternatif sekolah unggul yang bisa dipilih. Pesantren sebagai lembaga pendidikan terbukti telah banyak melahirkan tokoh dan pemikir dalam berbagai disiplin ilmu.

Jika dulu lulusan pondok dikenal sebagai ahli agama dengan kemampuan memimpin umat untuk urusan keagamaan dan ibadah, kini semakin meluas. Tidak sedikit ahli dalam berbagai bidang yang ternyata lulusan pondok pesantren. Mulai dari dokter, pendidik, pengusaha, sampai politikus yang lahir dari pola pendidikan pondok pesantren.

Advertisements

Perkembangan yang positif ini tentu secara tidak langsung mendukung popularitas pondok pesantren. Ini yang menjadi bahan pertimbangan orang tua dalam memilih pesantren sebagai lembaga pendidikan untuk anak-anaknya.

Pola asuh dan pola pendidikan di pesantren terbukti mampu mencetak pribadi unggul yang tidak hanya ahli agama, tetapi juga bidang lain. Sistem pendidikan tersebut sudah berhasil menempa santri sehingga mempunyai kepribadian dan jiwa yang positif.  Sikap tersebut sangat diperlukan oleh peminpin bangsa agar bisa membawa masyarakat agar lebih baik.

Selama dalam lingkungan pesantren, santri ditempa untuk terus memperbaiki diri. Lulusan pesantren mempunyai karakter dan kemampuan dasar sebagai pemimpin. Karena itu, pondok pesantren telah melahirkan lulusan yang siap untuk memimpin masyarakat.

Ada putusan, karakter yang dimiliki lulusan pesantren tersebut di antaranya, pertama, kemandirian.

Pelajaran pertama yang diterima oleh santri selama mondok adalah kemandirian. Mengurus pakaian mencuci dan menyetrika, memenuhi kebutuhan pribadi, menjaga kebersihan diri dan lingkungan tanpa harus diingat oleh orang tua setiap hari merupakan cara untuk menjadikan santri mandiri.

Jiwa mandiri sangat penting diterapkan ketika sudah terjun ke masyarakat maupun pada saat berkesempatan untuk menjadi pemimpin. Dengan demikian tidak perlu bergantung pada orang lain dan bisa mengambil keputusan tanpa harus menunggu instruksi pihak lain.

Kedua adalah gotong royong. Bekerja sama membersihkan lingkungan, menjaga dan membangun serta menjaga fasilitas untuk kepentingan bersama yang sering dilakukan oleh santri merupakan modal dalam bermasyarakat.

Dengan semangat tersebut saat santri masih belajar di pondok pesantren maupun ketika sudah terjun ke masyarakat akan mempunyai sikap ringan tangan untuk membantu sesama. Tidak semua orang mempunyai sifat tersebut. Meski ada waktu yang cukup, tenaga dan dana namun tidak semua orang tergerak hatinya untuk membantu sesama.

Ketiga kedisiplinan. Disiplin merupakan karakter yang dibangun oleh pondok pesantren pada semua santri yang menimba ilmu. Banyaknya kegiatan belajar mulai dari mempelajari berbagai jenis kitab, tajwid, hafalan, pelajaran umum dan lain sebagainya, semua menyita waktu santri.

Belum lagi bagi yang juga aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi. Tanpa jiwa disiplin dan kemampuan manajemen waktu yang baik, santri tidak akan bisa melakukannya. Jiwa disiplin sangat diperlukan oleh pemimpin agar bisa menjadi teladan dan memimpin semua warganya dengan baik.

Dari kebiasaan berdisiplin inilah banyak orang yang meraih kesuksesan. Sebaliknya, karena tidak mampu menjaga komitmen dalam menjalankan semua kewajiban, banyak yang akhirnya gagal. Pemimpin yang disiplin bukan hanya akan menjadi teladan, tetapi juga bisa mengarahkan dan menyelesaikan semua pekerjaan tanpa harus ada yang dikorbankan.

Keempat, problem solving. Dalam berinteraksi antarsantri, tidak dimungkiri banyak konflik dan masalah yang muncul. Namun para kiai dan ustaz mampu mengarahkan santri agar bisa mengambil keputusan paling tepat.

Masalah bisa muncul kapan saja ketika santri sudah terjun ke masyarakat dan menjadi pemimpin. Mulai dari internal tim, rival dalam berpolitik dan lainnya. Dengan kemampuan mencari solusi terbaik akan membuat santri bisa mengambil keputusan tepat.

Kelima, tanggung jawab. Tatanan aturan di pesantren sering dianggap terlalu banyak dan memberatkan santri, apalagi jika melanggar akan mendapatkan sanksi. Namun sebenarnya hal tersebut merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab pada santri. Terbukti apa yang dipelajari selama di pondok akan membekas dan berpengaruh pada karakter lulusan pesantren.

Rasa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan dan diputuskan merupakan hal dasar yang wajib ada pada diri pemimpin. Sebagai pengayom masyarakat, pemimpin tidak boleh plin plan tetapi harus berkomitmen dengan apa yang diputuskan serta berani menanggung semua resikonya.

Tempaan sistem pendidikan di pondok pesantren justru merupakan keunggulan yang tidak dimiliki oleh model pendidikan lain. Tanggung jawab merupakan keterampilan dasar dan etika yang harus dimiliki oleh semua orang, termasuk lulusan pesantren.

Keenam, kepatuhan. Dalam siklus organisasi, pemimpin harus mengikuti aturan yang dibuat oleh struktur yang ada di atasnya. Selama di pesantren, santri dididik dan diajarkan untuk mengikuti semua aturan yang sudah dibuat oleh pengurus pondok. Resiko apabila melanggar akan dikenakan sanksi sesuai pelanggaran yang dilakukan tersebut.

Begitu juga seorang pemimpin masyarakat, wajib mengikuti ketentuan yang ada, melaksanakan dan memastikan semua yang ada di bawah kepemimpinannya juga menjalankan hal tersebut.

Memang tidak sedikit yang menganggap pola pendidikan di pesantren terlalu keras dan radikal. Namun untuk menumbuhkan jiwa disiplin, taat, dan bertanggung jawab memang membutuhkan keseriusan dan ketegasan.

 

Multi-Page

Tinggalkan Balasan