Peran Kiai Pondok dalam Mempertahankan Kemerdekaan

349 kali dibaca

Tanggal 10 November adalah hari bersejarah bagi bangsa Indonesia, mengingat perang besar-besaran antara rakyat Indonesia dan pasukan penjajah yang terjadi pada 10 November 1945. Perjuangan tersebut tidak hanya mencakup usaha memerdekakan, tetapi juga mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih. Dalam konteks ini, elemen-elemen masyarakat, termasuk tokoh nasional, kiai pondok pesantren, dan santri memainkan peran kunci.

Pentingnya peran kiai pesantren dalam mempertahankan kemerdekaan tercermin pada peringatan Hari Pahlawan Nasional, yang ditetapkan pada tanggal 10 November melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959. Kiai pesantren, seperti KH Hasyim Asy’ari dan KHR As’ad Samsul Arifin, telah memberikan kontribusi signifikan melalui fatwa dan pasukan pelopornya.

Advertisements

Salah satu contoh keikutsertaan yang luar biasa adalah peran KHR As’ad Samsul Arifin dengan konsep “niat”-nya. Konsep ini tidak hanya mengakomodasi kalangan santri, melainkan juga perempuan, bajingan, jawara, dan bandit sebagai bagian dari pasukan pelopornya. Pasukan pelopor ini, dengan identitas warna hitam dan senjata tradisional seperti celurit, keris, dan rotan, menunjukkan ketaatan dan takzim terhadap Kiai As’ad.

Petuah sederhana namun mendalam dari Kiai As’ad adalah mengajarkan bahwa perang harus dijalani dengan niat menegakkan agama dan merebut negara. Konsep ini memotivasi para pejuang untuk tidak hanya mengejar kekuasaan dunia semata, tetapi juga untuk meraih kehidupan akhirat dengan niat yang suci.

Pada peringatan Hari Pahlawan Nasional, kita diingatkan untuk merefleksikan nilai-nilai perjuangan para tokoh, bukan sekadar sebagai seremoni rutin. Melihat berbagai problematika di negeri ini, termasuk korupsi, kolusi, dan nepotisme, kita harus sadar dengan keadaan tersebut. Para tokoh, pemuda, pemeluk agama, dan masyarakat perlu menata niat yang kuat, mengedepankan kemanusiaan, dan keadilan. Dengan cara ini, cita-cita Indonesia untuk mencapai kehidupan yang aman, nyaman, dan adil dapat terwujud.

Peringatan Hari Pahlawan bukan hanya seremoni, melainkan panggilan untuk memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan refleksi ini, Indonesia dapat mengatasi berbagai masalah dan mencapai kehidupan yang sejahtera tanpa penindasan.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan