PENUMPANG SEPANJANG PUTARAN JARUM JAM

902 kali dibaca

HiIDUP I

Udara memeras
Hujan deras

Advertisements

Warna-warna itu
Jadi debu: abu-abu

Seiring napas
Tanah mengeras

Waktu berlalu
Jadi batu

Ditumpuk pasrah
Di tubuh cuaca

Mirip kata-kata
Yang tergesa-gesa

Saat membuka hari
Dan menutup puisi

Tulungagung, 2021.

HIDUP II

Dari halaman sepi ke halaman sunyi
Aku menemukan tengah malam
: yang diam-tenang

Bintang-bintang bertaburan
Menjelma pertanyaan
Di ruang ingatan

Sepotong bulan melempar jawaban
Ke permukaan pikiran
Mendikte pagi

Menulis puisi
Meramal nasib hari
Supaya aku dan matahari
Tetap terbit kembali

Tulungagung, 2021.

HIDUP III

Tetapi tidak dengan hanya berperang
Cara mengetahui seberapa kuat benteng iman
Yang terlihat begitu menawan padahal berawan
Seperti keinginan yang mungkin hanya permainan

Kita memang harus terus bergerak searah pikiran

Kepada mata, ia bergantung tetapi malah bingung
Kepada hidung, ia merenung tetapi malah murung
Kepada mulut, ia mengadu tetapi malah berkeluh
Kepada tangan, ia beradu tetapi malah jauh

Ia berikrar memperbarui udara
di kota-kota dan beberapa kata
seperti burung yang baru keluar sangkar sendirian
mengikuti arah angin yang berubah-ubah: keyakinan

Kita harus terus bongkar pasang pikiran

Tak ada batas aman bagi pikiran seperti teritorial
hanya saja maut semakin jelas jadi pangkal
seperti busur: tempat permulaan kehidupan
ke putaran jam sepanjang jalan

Di mimpinya tujuan adalah peta
area sembunyi bagi angan
yang beriman dan pasrah
kepada kematian

Tulungagung, 2021.

LELAKI

Barangkali menjadi lelaki itu
tak cuma berani melempar tinju
tapi juga pintar menahan, menyimpan,
dan menampung air mata dalam-dalam
dalam diam-pikiran lalu ia tumpah-pecahkan
di depan seorang yang tersayang

Tulungagung, 2021.

SEBUAH PERTEMUAN

Dan aku hanya penumpang
di sepanjang putaran jam
menyerahkan seluruh tujuan
untuk sebuah pertemuan

Tulungagung, 2021.

ilustrasi: imagine-jakartaweeks-tomy faisal alim.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan