Penjual Es Krim dan Gadis Berkerudung Merah

438 kali dibaca

Tanyakan hatinya tatkala ia pergi dan datang kembali, adakah keindahannya dirundung celaan?

Dia lelaki muda penjual es krim. Entah dengan keberanian apa dia mengumpulkan uang untuk membeli cincin demi perempuan berkerudung merah muda yang masuk dalam hidupnya tanpa dinyana. Dia bertemu perempuan itu di taman lampion di bawah bukit. Seperti biasa setiap sore, lelaki itu menjual es krim di sana. Es krim itu buatan pabrik. Dia tak menjual es krim buatan sendiri sekalipun dia bisa membuatnya. Orang-orang lebih percaya pada lisensi makanan berplastik yang dengan mudah bisa dipalsukan di zaman ini. Aneh, pikirnya.

Advertisements

Untuk menambah penghasilan, dia menjual balon yang diikat pada gerobaknya. Sebenarnya, lelaki itu bisa bekerja apa saja. Cuma, di kota ini, mencari pekerjaan sulit. Berkali-kali dia melamar pekerjaan, tapi selalu ditolak sebab tak punya orang dalam. Sebab itu, dia berkeliling taman, membunyikan sound system mini yang melantunkan lagu kesukaan anak-anak. Taman itu tidak terlalu besar, tapi cukup ramai. Banyak pengunjung datang saban hari. Namun, tak satu pun perempuan yang dilihatnya membuat hatinya bergetar selain perempuan berkerudung merah muda yang dilihatnya sore itu.

Sehabis berkeliling, dia akan berhenti tak jauh dari bangku di bawah salah satu pohon di taman itu. Bangkunya berbentuk setengah lingkaran, melingkari pohon dengan bilah kayu terpaku dijadikan meja. Dia melihat perempuan itu di sana, duduk sendiri, menyeka air mata dengan punggung tangannya. Punggungnya berguncang tanpa suara. Senja memancar kehangatan. Orang-orang banyak mengabadikan momen di taman ini, kadang naik turun bukit untuk melihat warna kuning kemerahan menyelimuti cakrawala. Senja hari itu terganggu karena kehadiran perempuan itu.

Dia ingin menghampiri dan membawakannya es krim. Namun, dia urungkan niatnya. Mungkin perempuan itu butuh sendiri. Dia tak kehabisan akal. Dia berpindah tempat dan berhenti tepat di hadapan perempuan itu hingga jalan bata yang biasa dilalui orang naik-turun bukit terhadang. Orang-orang mengumpat, kesal. Perempuan itu menoleh. Tatapan mereka bertemu satu sama lain. Perempuan itu merasa terusik dan berlalu.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan