Pengembaraan Mencari Tuhan

1,585 kali dibaca

Mohammad Iqbal dalam bukunya The Recontruction of Religius Thought in Islam menyebutkan bahwa munculnya tasawuf merupakan sebuah protes bisu melawan kekuatan politik aristokrasi, ketidakadilan sosial, dogma-dogma agama yang cenderung formal dan kering. Bahkan, ia menilai para sufi telah berhasil menyelamatkan warisan spritual Islam sejak ditinggal Rasulullah.

Sejauh ini, pemahaman kita mengenai sufi adalah tentang ahwal dan maqamat. Kedudukan spritual yang harus dilalui oleh para pejalan spritual sebelum bisa mencapai ujung perjalanan. Taubat, wara, zuhd, faqr, sabr, tawakkal, dan rida adalah etape jalan yang harus dilalui.

Advertisements

Buku Aku Berkelana Maka Aku Ada yang diterjemahkan dari kitab alSiyahah, al-Safal ila Allah ini merupakan kumpulan kisah para pengembara dalam rangka mencari Sang Khalik, mencari Kekasih yang Maha Kasih. Hadirnya buku yang diterjemahkan oleh Hilman Hidayatullah Subagyo ini memberikan warna tersendiri terhadap pemahaman kita selama ini mengenai sufi.

Hilman sebagai penerjemah berhasil menyampaikan pesan-pesan yang tersembunyi dengan bahasa yang lugas, sederhana, dan mudah dipahami. Acap kali, kita menjumpai beberapa buku terjemahan tidak cukup mewakili pesan yang disampaikan oleh penulis sehingga pembaca kesulitan memahami kalimat tersebut. Meski masih dijumpai beberapa bahasa yang sukar dimengerti, selebihnya buku ini menambah wawasan mengenai beberapa kisah ulama sufi yang jarang kita dengar.

Dalam buku ini, ada banyak kisah para wali yang melakukan pengembaraan dalam rangka mencari Tuhan. Mengembarai luasnya daratan, bagi para wali, adalah mengakui kemahaagungan Sang Pencipta.

Sebagai pembuka, Khalid Tsabit mengupas siyahah, yakni pengembaraan ke berbagai tempat untuk menemukan Allah. Adapun, Ja’far al-Khudi memetakan siyahah menjadi dua varian. Pertama, siyahah dengan jiwa raga, yakni melakukan perjalanan di muka bumi untuk menemui para wali serta memetik pelajaran memamui berbagai jejak kuasa Allah yang Maha Gagah lagi Maha Agung.

Allah tidak datang dengan sendirinya. Manusia harus mencari jalannya sendiri untuk menemui-Nya. Allah memberi kebebasan kepada manusia hidup di muka bumi. Namun, agama datang sebagai aturan yang harus dipenuhi. Sebab, dalam diri manusia dilengkapi hawa nafsu. Jika terus menuruti segala kehendak, maka manusia bertentangan dan bertolak belakang dengan kriteria yang Allah berikan.

Misal, kisah perjalanan sufi yang ditempuh oleh Utbah al-Ghulam. Namanya tidak begitu populer karena ia tidak mencetuskan ajaran seperti Abu Yazid al-Buthami, al-Hallaj, ataupun lainnya. Dia melakukan siyahah dengan cara yang unik. Buku ini menjelaskan bagaimana Utbah melakukan siyahah secara singkat dan padat.

Kedua, siyahah sebatas jiwa. Yakni, pengembaraan batin dalam rangka mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Semakin dekat jiwa dengan-Nya, maka semakin terasing pula raganya. Pengembaraan ini berbentuk meditasi, jiwanya melayang dan mengembara sejauh mungkin, mengelilingi alam malakut lalu Allah datangkan keberkatan berupa penyaksian berbagai kegaiban kepada Sang Pemilik Kalbu sehingga tentram ketika keberkatan itu datang (38).

Hidup semisal tidur, sebab, bangun dari kematian adalah kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan bersama Sang Pencipta adalah kehidupan yang paling diharapkan. Lantas, perihal apa yang akan kita persiapkan sehingga pada fase berikutnya menjadi kenyataan? Adalah tentang bagaimana diri menjadi pribadi yang dicintai oleh-Nya. Semua tergantung bagaimana kita mempersiapkan diri, mempersiapkan bekal untuk kehidupan berikutnya.

Sederet tokoh yang disebutkan dalam buku ini adalah para pengembara yang jarang terdengar sebelumnya. Khalid Tsabit menghadirkan beberapa tokoh yang benar-benar mencari jati diri untuk memuaskan batinnya. Tidak semua bisa melakukan siyahah, hanya orang-orang tertentu yang kuat keinginanannya yang bisa meredam berbagai macam kesibukan dan keinginan duniawi.

Membaca buku ini kita semisal melakukan siyahah. Siyahah tidak melulu tentang pengembaraan ke berbagai pelosok yang membutuhkan tenaga yang kuat dan kalbu bersama para wali, akan tetapi berkelana mengembara di setiap sudut ruangan dalam buku ini termasuk “siyahah”.

Semoga hadirnya buku ini bisa mengajak para pembaca berkelana bersama para wali mengarungi samudra luas yang tak terbatas. Selamat membaca.

Data Buku

Judul               : Aku Berkelana maka Aku Ada
Penulis            : Muhammad Khalid Tsabit
Penerbit          : Qaf
Penerjemah    : Hilman Hidayatullah Subagyo
ISBN               : 978-623-6219-15-7
Tahun             : November, 2021

Multi-Page

Tinggalkan Balasan