Pencari Ilmu di Mata al-Ghazali

2,312 kali dibaca

Mengingat masa-masa menuntut ilmu di pondok pesantren memang membuat candu. Dari mulai dibangunkan dari tidur di waktu sepertiga malam, makan di atas nampan, sampai momen ketiduran saat ngelogat, dan masih banyak lagi.

Nah, sambil bernostalgia masa-masa menjadi santri, di sini saya akan membahas sedikit tentang menuntut ilmu. Khususnya bagi para penuntut ilmu dari kitab karangan Imam al-Ghazali, Bidâyah al-Hidâyah, yang banyak sekali dikaji di beberapa pondok pesantren. Kitab ini juga cocok dipelajari bagi semua kalangan, terutama bagi pemula, karena pembahasannya yang cenderung mudah dipahami.

Advertisements

Tapi sebelum itu, mari kita sedikit mengenal lebih dalam seorang tokoh ulama besar ini, ahli fikih dan tasawuf yang dikagumi banyak ulama dan kaum muslimin. Imam al-Ghazali dijuluki mujaddid (pembaharu) abad ke-5 Hijriyah. Banyak ulama memuji sosoknya sebagaimana diulas dalam buku Hujjatul Islam al-Imam al-Ghazali karya Ustadz Wildan Jauhari.

Imam al-Ghazali bernama lengkap Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Abu Hamid at-Thusi as-Syafi’i. Gelarnya al-Ghazali ath-Thusi, merujuk nama ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat kelahirannya, yaitu Ghazalah di Bandar Thus, Khurasan, Persia (kini Iran). Sedangkan, gelar as-Syafi’i menunjukkan bahwa dia bermazhab Syafi’i.

Kitab Bidâyah al-Hidâyah ini disyarahi salah satunya oleh Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantanî, seorang ulama terkemuka yang berasal dari Kota Banten, dan diberi judul Maraqi al-Ubudiyyah. Isinya adalah menjelaskan tentang adab dan nasihat-nasihat Imam al-Ghazali kepada para penuntut ilmu agar tidak salah menetapkan niat dalam mencari ilmu.

Berikut salah satu pesan Imam al-Ghazali dalam kitab Bidâyah al-Hidâyah:

فَاعْلَمْ اَيُّهَا الْحَرِيْصُ الْمُقْبِلُ عَلَى اقْتِبَاسِ الْعِلْمِ الْمُظْهِرُ مِنْ نَفْسِهِ صِدْقَ الرَّغْبَةِ وَ فَرَطَ التَّعَطُّسِ اِلَيْهِ أَنَّكَ اِنْ كُنْتَ تَقْصِدُ بِطَلَبِ الْعِلْمِ الْمُنَافَسَةَ وَ الْمُبَاهَاتِ وَ التَّقَدُّمَ عَلَى الْأَقْرَانِ وَ اسْتِمَالَةَ وُجُوْهِ النَّاسِ اِلَيْكَ وَ جَمْعَ حِطَامِ الدُّنْيَا فَاَنْتَ سَاعٍ فِيْ هَدَمِ دِيْنِكَ وَ اِهْلَاكِ نَفْسِكَ وَ بَيْعِ اٰخِرَتِكَ بِدُنْيَاكَ فَصَفَقَتُكَ خَاسِرَةٌ وَ تِجَارَتُكَ بَائِرَةٌ وَ مُعَلِّمُكَ مُعِيْنٌ لَك عَلٰى عِصْيَانِكَ وَ شَرِيْكٌ لَكَ فِيْ خُسْرَانِكَ وَ هُوَ كَبَائِعِ سَيْفٍ مِنْ قَاطِعِ طَرِيْقٍ كَمَا قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مَنْ أَعَانَ عَلٰى مَعْصِيَةٍ وَ لَوْ بِشَطْرِ كَلِمَةٍ كَانَ شَرِيْكًا لَهُ فِيْهَا

Artinya: “Maka ketahuilah wahai orang yang sangat tertarik menuntut ilmu, yang menunjukkan dirinya benar-benar ingin dan sangat haus terhadap ilmu, Sungguh apabila dengan menuntut ilmu engkau bermaksud bersaing, membanggakan diri, mengungguli teman-teman, menarik perhatian manusia dan mengumpulkan harta benda dunia, maka engkau sedang bergerak meruntuhkan agamamu, membinasakan dirimu sendiri, dan menjual akhiratmu dengan dibayar dunia. Maka transaksimu merugi, perdaganganmu bangkrut, pengajarmu adalah penolong kedurhakaanmu, serta partnermu dalam kerugianmu sambil ia seperti orang yang menjual pedang kepada begal sebagaimana Baginda Nabi Muhammad saw bersabda ‘Siapa pun yang menolong kedurhakaan walau dengan sepotong kalimat, maka ia adalah partner baginya dalam kedurhakaan itu’.”

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan