PAWANG HUJAN

1,246 kali dibaca

SINONIM WAKTU

Malam menyiram air mata waktu
Merasuk ingatan kata Tuhan kita
Terselip epitaf musim-musim tua.

Advertisements

Tenung kisah selir merasuk ubun api
Menyulam tujuan ingatan mata kata
Tanpa sejarah, nan jeruji karapan sapi.

Malam dan aku masih bersila, menukik
suara nyawa, merekam jejak-jejak kelam.

Sepi, bersuara, terkepung teduh nasib
Angin-angin teriak api teriak janji. Ah!
Berseragam jahitan luka-luka moksa.

Pada malam, tubuh pasrahkan keheningan
Detak detikkan sebagai alarm kebingungan
Tangan lepaskan epitaf lalu sinonim waktu.

Sumenep, 2021.

KIAI HASAMUDDIN DALAM PUISI

Di surau penuh rantau, bersejarah keindahan
Ia suguhkan seruas impian yang tertanggal
Menyulam wajah surau di tengah jalan.

Semerbak kembang kenanga jatuh tertular
Aroma, senyum sesamar bulan bintang
Linggis di tangannya, meramal tanah-tanah.

Kiai, berjalan menyusur sumbu sambi pelita
Kiai Husamuddin, menjadikan kelopak mawar
Pangabasen, yang menjadikan pagar wangi tawar.

Di depan suara, kami menimang senja-senja
Berserah jalan menuju sungai-sungai surga
Menyatukan gemerlap sepi jadi puisi-puisi hati.

Pangabasen, 2021.

MATA KAYU

Siang. Kupu-kupu terbang menjumpai mata kayu
Mengantarkan sayap-sayap batik menggoda
Menatap mata kayu, merias kelepak rona kedip muda.

Angin daun tunduk menyimpan bising suara-suara Tuhan
Merongrong mereka-mereka yang menyambut aba-aba
Entah sebagai kenapa yang diaminkan kebisingan?

Di sini, kalimat-kalimat lesu sirna sebab makna
Asap berkumpul melawan jumpa, menerjemahkan
nyanyian mesin buatan Jepang dan Korea.

Kayu-kayu berbicara menatap para seniman cinta
Berharap dijakan pola seperti apa dan bagaimana.

Pangabasen, 2021.

PAWANG HUJAN

Ia lahir dari mata pawang hujan
Menyihir ribuan musim yang tertera
Di ambang petang suara-suara makna.

Beriak rima sejarah dalam pasrah
Terik terang hari terjepit bayang-bayang
Melingkar jadi darah, menepi jadi arwah.

Sumenep, Juni 2020.

DOA HUJAN

Jingga. Kedip hura tersapu gugus mata api
Berintai azan Maghrib yang terapung dekat sawah
Padi-padi menguning tua, tapi aku masih buta.

Beduk bernyanyi memanggil burung sayap kelabu
Nikmat Tuhan ini, serupa patah senja sebelumnya.
Nikmat Tuhan itu, seandai majas majasi dini hari.

Maghrib sudah berlalu melanglang rindu
Kita tak di sini, sementara nama jauh di sana
Berkisar jejak tatapan nan senyuman.

Tersisa siluet daun jati muda, berkabar tentang
siapa saja yang hingar akan tujuan waktu.
Ia dan kita, terpanggil lamunan dua juta detik.

Setiap segala pertanyaan malam, selalu
saja kapan paginya bisa terbit senyum
serinai doa hujan, dan hari raya berpelukan.

Sumenep, 2020.

HIKAYAT MALAM

Hitam. Menyulam peristiwa yang bertanggal
Mencari tempat sepi, berdayung palung mesra.

Tangis hening beranjak pergi ke surau kota
Tangan waktu hitam bermalam di dadanya
Hingga sejumput kuil asa, merekam mata pelita.

Ia diam dengan kesiapan tabiat sunyi.
Ia tutup permintaan pintu-pintu, menatap pinta-pinta.
Terbayang aku terbang tanpa sayap-sayap riang.

Sebesar diksi yang kasih curi di meja makan
Seraya umpan benih bersandar ketabahan
Hitam. Menyulam peristiwa yang tertinggal.

Sumenep, 2021.

ilustrasi: roomformore.dk.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan