Nyai Solichah Wahid Hasyim dan Pendidikan Karakter

3,927 kali dibaca

Nyai Solichah Wahid Hasyim adalah tokoh yang layak dijadikan panutan oleh kaum hawa. Sebab, Nyai Solichah tergolong sebagai ulama perempuan yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan bagi perempuan dan anak.

Memiliki nama panggilan akrab Munawaroh saat kecil, beliau dilahirkan di Jombang, Jawa Timur, 11 oktober 1922. Nyai Solichah merupakan putri kelima KH Bisri Syansuri dan Nyai Chodijah dari 10 bersaudara.

Advertisements

Sejak belia, Nyai Solichah telah memperoleh pendidikan di lingkungan pesantren. Kedua orangtuanya, KH Bisri Syansuri dan Nyai Chodijah, yang mengajarkan berbagai disiplin ilmu seperti nahu, saraf, balaghoh, mantiq, hingga pendidikan kepemimpinan.

Pada usia 14 tahun, Nyai Solichah dinikahkan KH Wahid Hasyim yang merupakan putra Hadratusysyaikh KH M Hasyim Asy’ari. Dari sinilah Nyai Solichah semakin tumbuh menjadi perempuan yang dewasa dengan pemikiran-pemikiran yang bahkan melebihi perempuan sebayanya saat itu.

Sayangnya, pernikahannya dengan KH Wahid Hasyim tak berlangsung lama karena Kiai Wahid Hasyim meninggal dunia kecelakaan kecelakaan. Meskipun demikian, Nyai Solichah tetap tegar dan berusaha untuk menjadi sosok ibu yang tangguh dengan mengurus keluarga kecilnya. Semuanya dilakukan secara mandiri, hanya dengan sedikit bantuan dari kerabat yang ada di Jakarta saat itu. Nyai Solichah juga membiayai seluruh pendidikan putra putrinya dari hasil keringatnya sendiri. Pada saat itu, ia yang telah menjadi kontraktor sebuah proyek pembangunan, sangat memperhatikan dan mengedepankan pendidikan terhadap putra-putrinya.

Dari sini, secara tidak langsung Nyai Solichah memberikan contoh kepada kita, dan utamanya pada putra-putrinya, bahwa menjadi sosok ibu yang sekaligus merangkap menjadi ayah bisa dilakukan oleh seorang wanita. Juga, bahwa menjadi pemimpin bisa dilakukan oleh siapa saja yang mau melakukannya, tanpa harus terpaku pada marwah sebagai wanita karena menghidupi keluarga adalah wajib.

Dari cerita putra-putrinya, terlihat bagaimana sosok Nyai Solichah menanamkan pelajaran yang pada zamannya jarang sekali diajarkan dalam pendidikan formal. Yaitu, bahwa karakter adalah suatu hal yang sangat penting sekali sebagai fondasi awal pada anak untuk menunjang masa depannya kelak. Rasanya perlu kita sepakati bahwa maqolah al- Ummu Madrasah al- Ula itu adalah benar bukan hanya sebuah maqolah ataupun quotes motivasi belaka.

KH Solahuddin Wahid, salah seorang putranya, memaparkan bagaimana sosok sang ibunda tercinta dalam menanamkan karakter kepada putra-putrinya dengan sangat hati-hati dan pilah pilih. Hal ini terbaca dari tulisan beliau dalam buku Ibuku Inspirasiku. Gus Solah menjabarkan poin penting yang ditanamkan oleh Nyai Solichah sebagai ibundanya, seperti nilai-nilai kejujuran, keberanian, dan kesadaran.

Gus Solah juga menjabarkan nilai-nilai yang menjadi substansi dalam pendidikan karakter oleh ibundanya. Dalam hal kejujuran, contohnya, bagaimana sosok Nyai Solichah menanamkan pentingnya kejujuran karena kejujuran adalah hal yang fundamental untuk mendapat kepercayaan dari orang lain.

Nyai Solichah juga menanamkan nilai-nilai keberanian, keberanian dalam segala hal, termasuk keberanian untuk memikul tanggung jawab. Nilai tanggung jawab inilah yang sangat ditekankan oleh beliau kepada putra-putrinya. Berani bertanggung jawab, berani mengakui atas tindakan yang dilakukan, dan berani untuk tampil di muka umum.

Gus Solah juga mencatat bagaimana sang ibunda menanamkan nilai-nilai kesadaran. Ini menyangkut kesadaran terhadap kesamaan dan kesetaraan antarmanusia. Melalui penanaman nilai kesadaran, Nyai Solichah menekankan bahwa tidak boleh ada pembatasan diri terhadap segala bentuk perbedaan, antara yang kaya dengan yang miskin, yang pintar dengan yang bodoh, dan lain sebagainya. Karena, pada hakikatnya semua sama-sama manusia, dan selayaknya sebagai makhluk sosial harus saling menghargai dan saling membantu jika dirasa perlu.

Nilai-nilai inilah yang kemudian mengantarkan para putra-putrinya, termasuk KH Abdurrahman Wahid, menjadi orang besar dan berpengaruh dalam bidangnya masing-masing. Kepemimpinan, ketangguhan dalam menjalani hidup, dan kesuksesannya dalam membesarkan putra-putrinya ini patut untuk dijadikan teladan dan inspirasi utamanya bagi kaum perempuan.

Selain menjadi sosok ibu bagi putra-putrinya, Nyai Solichah juga merupakan ibu bagi banyak orang, terutama warga Nahdlatul Ulama (NU). Seperti kita ketahui, Nyai Solichah sangat aktif dalam mengembangkan organisasi masyarakat ini terutama dalam bingkai Muslimat NU. Dalam lingkungan Muslimat NU, Nyai Solichah juga selalu menanamkan pada semua orang tentang pentingnya jiwa kepemimpinan dimiliki oleh setiap orang, terutama para perempuan yang masih minder dan merasa tidak pantas untuk menjadi pemimpin.

Dari sosok Nyai Solichah inilah bagaimana kita sebagai seorang yang terpelajar harus bisa menilai dan mengambil hikmah dari apa yang dilakukan oleh Nyai Solichah Wahid. Terutama juga bagi para pembaca santriwati, mahasiswi, dan seluruh wanita di seantero negeri bahwa perempuan juga bisa dan harus mampu menjadi sosok yang mampu menjadi pemimpin bukan hanya seperti stigma selama ini yang berpendapat ibu rumah tangga ataupun pelayan suami saja.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan