Ngaji Jurnalistik Santri Amanatul Ummah

1,422 kali dibaca

Bulan puasa di tengah pandemi tidak menyurutkan semangat jurnalistik para santri dari Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet, Mojokerto, Jawa Timur. Panitia gabungan yang terdiri dari lembaga pendidikan MTS/SMP, Program MBI, Program SMA Berbasis Pesantren, dan MA Cerdas Istimewa mengadakan Ngaji Jurnalistik pada 25 April 2021 bertempat di Masjid Madrasah Bertaraf Internasional (MBI) Pacet.

Aqbil, sebagai ketua pelaksana Ngaji Jurnalistik, mengatakan, kegiatan jurnalistik lintas lembaga ini menjadi ajang menyamakan frekuensi serta genre jurnalistik di bawah Yayasan Pendidikan Amanatul Ummah Pacet, Mojokerto. “Ke depan, kegiatan gabungan ini akan menjadi program unggulan untuk menyemarakkan semangat jurnalistik santri Amanatul Ummah di berbagai jenjang pendidikan,” kata Adbil di akhir sambutan.

Advertisements

Pimpinan MBI, Dr Ahmad Chudori, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya dalam acara Ngaji Jurnalistik kali ini. “Dengan adanya jurnalistik santri, diharapkan akan menjadi penyeimbang arus informasi yang sangat liar dan tidak relevan dengan nilai-nilai keindonesiaan,” kata Dr Ahmad Chudori.

Lebih lanjut ia menegaskan, output yang dihasilkan dari acara ini harus mampu menjadi kekuatan santri di bidang media. Sebab, di era 4.0 sekarang ini, tantangan santri tidak lain adalah bagaimana santri membawa pesan toleransi antar-sesama, pesan perdamaian, dan cinta kasih sesama manusia untuk mewujudkan Indonesia yang bermartabat, berdaulat, dan berkualitas.

Oleh karena itu, menurutnya, maraknya ujaran kebencian, rasisme golongan dan kesukuan, gerakan radikalisme maupun aksi terorisme, adalah sederet tantangan santri sekarang. “Semoga, dengan ngaji jurnalistik, mampu mengkonter semua gerakan pemecah bangsa melalui tulisan yang ada di media online maupun internet,” kata pria berkaca mata ini.

Sementara itu, Eko David, selaku nara sumber, mengurai materi tentang kiat-kiat menulis dan problematika terkait dunia kepenulisan yang dialami penulis pemula di kalangan santri.

“Menjadi penulis tidak ada sekolahnya, tidak ada pelajaran spesifik yang diajarkan di bangku formal. Menulis adalah skill khusus yang dimiliki dengan bahan dasar komitmen dalam menulis serta bacaan yang banyak. Tidak mungkin penulis hebat dilahirkan hanya dengan refleksi dan pengalaman empiris an sich, melainkan penulis yang hebat dimulai dengan menjadi pembaca yang baik,” katanya.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan