Nasihat dari Sebuah Cerpen

1,115 kali dibaca

Kisah ini terjadi pada saat saya aktif belajar di Madrasah Aliyah (MA) 1 Annuqayah kelas II, (sekarang kelas XI) di Pondok Pesantren Annuqayah Sumenep, Madura. Ada satu kejadian yang tak akan terlupakan ketika saya belajar di kelas ini.

Hal tersebut terkait dengan KH Warits Ilyas (alm), —pengasuh Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa Raya,— karena pada saat itu Beliau menjadi salah satu pengajar di kelas saya. Jam pelajaran Beliau menjadi waktu yang sangat ditunggu-tunggu, karena pada saat itu saya (khususnya) lebih dekat berinteraksi dengan almaghfur lah. Kedekatan yang dirindu oleh semua santri yang tengah belajar di Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep.

Advertisements

Saat itu KH Warits Ilyas (alm) masuk kelas. Sebelum pelajaran dimulai, Beliau mendekat ke arah majalah dinding (mading). Di sana terpampang (yang paling nampak) sebuah cerpen dengan ilustrasi gambar laki-laki dan perempuan yang sedang bersanding. Saya deg-degan, karena yang membuat ilustrasi itu adalah saya sendiri. Dalam hati sudah bilang bahwa saya akan mendapat kemarahan yang teramat sangat. Tetapi, alhamdulillah, detik berikutnya tidak terjadi hal yang memilukan, namun sebuah nasihat yang perlu dipikirkan.

“Selain cepen yang model begini, tidak bisa ya?” begitu Beliau berkata setelah sejenak memperhatikan isi dari majalah dinding di kelas itu.

Tidak ada satu pun yang berbicara. Seisi kelas diam dalam sunyi. Semua merasa salah dan takut. Meskipun tidak ada perintah untuk dicabut dari pemuatan naskah, tetapi perkataan Beliau telah melecut pikiran kami untuk tidak membuat karya yang cenderumg riskan dengan konteks yang kurang islami.

Demikianlah Beliau, KH Warits Ilyas (alm) begitu perhatian, bahkan terhadap hal yang remeh-temeh sekalipun. Tentu saja, saya sebagai santri Beliau merasa diperhatikan dan diarahkan kepada hal yang lebih baik. Menuju masyarakat madani yang akan menghadapi berbagai tantangan dan rintangan di masyarakat, kelak di kemudian hari.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan